Semua serentak menjawab, "Kan bisa pakai template yang sama dari tahun lalu!"
Dan rapat berakhir dengan tepuk tangan meriah, penuh kepuasan. Mereka merasa seperti jenius sejati, meskipun satu-satunya hal yang mereka bangun adalah ilusi.
Setelah rapat berakhir, para pejabat keluar dari ruang rapat dengan perasaan seolah-olah mereka baru saja memenangkan penghargaan bergengsi. Pak Direktur, yang merasa seperti pahlawan tanpa tanda jasa, menuju mobil dinasnya dengan langkah ringan. Di tengah perjalanan, ia disapa Pak Kepala Dinas Pekerjaan Umum.
"Pak Direktur," sapa Pak Kepala Dinas sambil menyelipkan amplop coklat ke tangan Pak Direktur. "Ini laporan 'bonus' proyek jembatan yang rusak sebulan lalu."
Pak Direktur menyeringai. "Ah, bagus sekali. Jembatan itu memang direncanakan untuk cepat rusak, supaya ada proyek perbaikan, ya kan?"
"Tepat sekali, Pak. Apalagi kita sengaja bikin jembatannya cuma tahan dua bulan, biar ada kelanjutan. Proyek berkelanjutan, katanya."
Mereka tertawa terbahak-bahak. Di belakang mereka, Pak Sekretaris yang mendengar percakapan itu, berbisik kepada sopirnya, "Kasihan rakyat, ya. Tapi, lumayan juga buat liburan akhir tahun."
Di tempat lain, Pak Lurah tengah rapat di kantornya. Ia bingung karena baru saja menerima laporan anggaran pembangunan pos ronda yang ternyata lebih besar daripada anggaran gedung sekolah di desanya.
"Pak Sekdes, ini gimana ceritanya anggaran pos ronda bisa sampai 1 miliar?" tanya Pak Lurah dengan heran.
Pak Sekdes, yang terkenal suka cari celah, menjawab dengan enteng, "Ya, Pak Lurah. Posnya kan dibikin pakai material kualitas Eropa. Biar tahan gempa sama badai. Mana tahu, kan?"
Pak Lurah menggaruk-garuk kepala. "Tahan gempa? Kita ini di desa, bukan di jalur gempa! Lagipula, posnya cuma buat nonton bola tengah malam!"