Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Nilai-Nilai Fundamental dan Alasan di Balik Perselisihan Pandangan

5 Oktober 2024   22:46 Diperbarui: 6 Oktober 2024   09:04 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok Friedrich Naumann Foundation

Bias dalam Pemikiran Politik

Psikolog politik telah menemukan bahwa dalam banyak kasus, kita tidak mendekati perdebatan politik dengan pikiran yang terbuka atau rasional. Sebaliknya, kita sering kali berpikir secara bias. Hal ini berarti bahwa ketika kita menghadapi informasi politik, kita cenderung mencari atau mempercayai informasi yang sesuai dengan keyakinan kita yang sudah ada sebelumnya (bias konfirmasi). Kita juga lebih cenderung menolak atau meremehkan informasi yang bertentangan dengan keyakinan kita, bahkan jika informasi tersebut didukung oleh bukti yang kuat.

Ketika menyangkut masalah keadilan atau kebenaran politik, bias ini bisa menjadi sangat kuat. Orang yang memiliki pandangan politik atau moral yang kuat sering kali tidak mengubah pendapatnya, bahkan ketika dihadapkan dengan bukti yang solid. Ini mencerminkan sifat manusia yang kompleks dan kecenderungan kita untuk mempertahankan keyakinan, bahkan ketika berhadapan dengan informasi yang mungkin lebih rasional atau akurat.

Perdebatan di Antara Para Ahli

Menariknya, bahkan para psikolog dan ilmuwan yang mempelajari bias ini juga berdebat tentang implikasi dari temuan-temuan mereka sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa ketidaksepakatan bukan hanya terjadi di antara orang awam, tetapi juga di antara para ahli di bidang tertentu. Ketika para psikolog politik menemukan bahwa manusia cenderung berpikir secara bias, mereka tidak selalu sepakat tentang apa yang harus dilakukan dengan temuan ini, atau bagaimana temuan ini harus memengaruhi pandangan kita tentang keadilan, politik, dan kebenaran.

Namun, perdebatan ini tidak berarti bahwa tidak ada kebenaran objektif yang bisa ditemukan dalam studi-studi tersebut. Sebaliknya, itu menunjukkan bahwa proses penemuan kebenaran adalah sesuatu yang sulit dan sering kali dipenuhi dengan tantangan, terutama ketika melibatkan pikiran manusia yang bias dan kompleks.

Kebenaran Ada, Meskipun Ada Ketidaksepakatan

Fakta bahwa ada ketidaksepakatan luas tentang keadilan atau masalah politik lainnya tidak berarti bahwa kebenaran tentang topik tersebut tidak ada. Ketidaksepakatan sering kali merupakan cerminan dari bias kognitif, keyakinan emosional, atau pengaruh budaya yang membentuk pandangan kita. Meskipun sulit, dengan pendekatan yang lebih rasional dan terbuka terhadap bukti, kita masih bisa menemukan kebenaran tentang keadilan dan berbagai isu lainnya.

Perdebatan yang terus-menerus justru merupakan bagian dari proses yang diperlukan untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, dan tidak boleh dilihat sebagai bukti bahwa tidak ada kebenaran yang mendasari perdebatan itu.

Manusia tidak hanya sering berselisih pandangan dengan orang lain, tetapi juga berselisih pandangan dengan diri mereka sendiri. Kebanyakan dari kita memegang berbagai penilaian moral yang terkadang bisa saling bertentangan atau kompleks, berasal dari berbagai sumber dan lapisan pemikiran.

1. Penilaian Moral yang Beragam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun