1. Keragaman dalam Pandangan Politik
Contohnya, seseorang yang berideologi liberal-kiri mungkin saja seorang religius yang mempercayai adanya prinsip-prinsip moral yang bersumber dari agama mereka, seperti keadilan sosial dan kesejahteraan kolektif, tetapi pada saat yang sama, seseorang dengan ideologi yang sama juga bisa seorang ateis  yang mendasarkan keyakinannya pada prinsip rasionalitas dan  sekularisme. Kedua individu tersebut mungkin mendukung tujuan politik yang sama, seperti redistribusi kekayaan, tetapi memiliki motivasi moral atau dasar filosofi yang sangat berbeda.
Ini menunjukkan bahwa latar belakang moral atau agama seseorang tidak selalu menentukan secara langsung filsafat politik mereka. Berbagai pandangan moral atau agama bisa mengarah pada dukungan untuk ideologi politik yang sama, tanpa harus mengikuti pola yang seragam.
2. Fleksibilitas dalam Filsafat Politik
Contoh lainnya adalah dalam filsafat sosialis. Seorang sosialis mungkin mendukung teori moral utama apa pun—seperti utilitarianisme, deontologi, atau etika kebajikan—untuk membenarkan keyakinannya bahwa kepemilikan bersama dan keadilan ekonomi adalah hal yang diinginkan. Namun, ada juga sosialisme yang tidak memiliki teori moral yang koheren, artinya mereka mungkin hanya didorong oleh keyakinan pragmatis bahwa sistem ekonomi alternatif diperlukan tanpa dukungan teori moral yang jelas. Bahkan, beberapa sosialisme mungkin menjadi skeptis moral yang tegas, yang berarti mereka meragukan bahwa ada kebenaran moral yang objektif, tetapi tetap mendukung kebijakan sosialis karena alasan praktis atau politis.
Hal ini menunjukkan bahwa filsafat politik, seperti sosialisme, bisa didukung oleh berbagai kerangka moral yang berbeda, atau bahkan oleh seseorang yang tidak memiliki keyakinan moral yang koheren sama sekali.
3. Pandangan Ekonomi dalam Filsafat Politik
Sebagai contoh lain, seorang libertarian, yang mendukung kebebasan individu dan minimnya intervensi pemerintah, dapat memiliki pandangan ekonomi yang berbeda-beda. Ada libertarian yang mendukung ekonomi Austria, yang cenderung mengkritik intervensi pemerintah dengan menekankan pentingnya kebebasan pasar dan skeptis terhadap kebijakan moneter dan fiskal yang aktif. Namun, ada juga libertarian yang lebih menerima ekonomi neoklasik, yang cenderung lebih mainstream dan percaya pada model-model pasar yang seimbang serta pengaturan pemerintah yang lebih ringan.
Ini menunjukkan bahwa bahkan di dalam satu ideologi politik, seperti libertarianisme, ada perbedaan pandangan ekonomi yang cukup besar, dan orang bisa mendukung sistem ekonomi yang berbeda-beda meskipun mereka berbagi keyakinan politik yang sama.
Pada intinya, filsafat politik seseorang tidak secara otomatis ditentukan oleh latar belakang moral, agama, atau teori ilmiah sosial mereka. Ada fleksibilitas yang besar dalam cara orang menghubungkan keyakinan mereka tentang moralitas, agama, dan teori ekonomi dengan posisi politik mereka. Seorang liberal-kiri bisa religius atau ateis, seorang sosialis bisa mendukung berbagai teori moral atau bahkan tidak memiliki teori moral yang koheren, dan seorang libertarian bisa mendukung pandangan ekonomi yang sangat berbeda.
Penjelasan mengenai filsafat-filsafat politik yang berbeda menunjukkan bahwa masing-masing filsafat menekankan prinsip-prinsip tertentu yang mencerminkan pandangan mereka tentang nilai-nilai sosial dan individu. Berikut adalah penjelasan mengenai tiga pendekatan tersebut: