Diskusi berlangsung alot. Para petinggi menyampaikan beragam pendapat, pro dan kontra terhadap pilihan menjadi oposisi. Namun, di akhir rapat, keputusan diambil. Partai Banteng secara resmi menyatakan diri sebagai oposisi.
"Keputusan ini tidaklah mudah," kata Watimaga setelah rapat selesai. "Tapi, ini adalah langkah awal yang harus kita ambil. Banteng akan bangkit kembali. Mari kita tunjukkan bahwa kekalahan ini bukanlah titik akhir, melainkan awal dari perjuangan baru."
Para petinggi beranjak dari kursi mereka, raut muka mereka lebih tegar dibandingkan di awal rapat. Di luar sana, tantangan sebagai oposisi sudah menanti. Perjuangan mereka baru saja dimulai, dan mereka bertekad untuk membuktikan bahwa Banteng, meskipun terluka, masih memiliki taring untuk mengaum.
Bab 3: Bisikan dari Lawan dan Godaan dari Dalam
Sejak Partai Banteng menyatakan diri sebagai oposisi, gonjang-ganjing mulai terjadi. Media massa dipenuhi dengan pemberitaan miring, menuduh Banteng tidak bisa menerima kekalahan dan berniat mengacaukan pemerintahan. Serangan ini tak hanya datang dari luar, tapi juga dari dalam.
Di sebuah restoran mewah, pertemuan rahasia tengah berlangsung. Yono, salah satu petinggi senior Banteng yang dikenal ambisius, berbincang dengan Hasan, menteri kabinet Garuda yang dikenal lihai berpolitik.
"Bagaimana, Pak Yono? Tertarik dengan tawaran kami?" tanya Hasan, senyum tipis terukir di wajahnya.
Yono mengaduk-aduk minumannya, matanya menatap ke luar jendela dengan tatapan merenung. Kekalahan Banteng membuatnya frustrasi, dan tawaran Hasan seolah menjadi jalan keluar. Koalisi Garuda menawarkan Yono posisi strategis di kabinet jika ia bersedia membelot dan membawa sebagian anggota Banteng ke koalisi mereka.
"Saya masih loyal pada Banteng, Pak Hasan," jawab Yono akhirnya, suaranya bernada ragu-ragu.
"Loyalitas? Di dunia politik, Pak Yono, kesetiaan tidak selalu membuahkan hasil," sanggah Hasan, nada bicaranya penuh tekanan. "Lihatlah Banteng sekarang. Apa gunanya loyalitas jika hanya membawa pada kegagalan?"
Yono terdiam. Kata-kata Hasan menusuk hatinya. Ia tergoda dengan tawaran itu, namun hatinya masih terbelenggu oleh janji kesetiaannya pada Banteng.