"Pikirkan baik-baik, Pak Yono," lanjut Hasan, bangkit dari kursinya. "Kesempatan tidak datang dua kali. Pintu kami selalu terbuka untuk anda."
Yono ditinggalkan sendiri, pikirannya kacau. Ia terjebak dalam dilema: teguh pada prinsip dan berjuang bersama Banteng yang sedang terpuruk, atau menerima tawaran menggiurkan dan mengkhianati partai yang telah membesarkan namanya.
Sementara itu, di markas Banteng, Watimaga tengah berdiskusi dengan Bagas dan tim inti partai. Mereka sedang merumuskan strategi untuk menghadapi serangan yang dilancarkan oleh Koalisi Garuda.
"Kita harus bergerak cepat dan cerdas," kata Watimaga, tatapannya tajam. "Jangan terpancing dengan provokasi mereka. Kita harus fokus pada program pembelaan rakyat dan pengawasan yang objektif terhadap kebijakan pemerintah."
Bagas mengangguk setuju. "Bu, kita perlu membentuk tim juru bicara yang handal dan aktif menyuarakan aspirasi rakyat."
"Setuju," timpal Bu Rini. "Kita juga perlu memperkuat jaringan di daerah dan mendekati para aktivis dan pemangku kepentingan."
Diskusi berlanjut, membahas langkah-langkah konkrit untuk memperkuat posisi Banteng sebagai oposisi yang efektif. Mereka menyadari bahwa jalan yang mereka pilih tidak mudah, namun mereka bertekad untuk membuktikan bahwa Banteng tetap relevan dan mampu memberikan manfaat bagi rakyat meskipun berada di luar arena kekuasaan.
Di luar markas partai, Yono melangkahkan kakinya dengan berat. Dia masih bimbang, namun pertemuan dengan Hasan membuatnya gamang. Kegaduhan politik baru saja dimulai, dan kesetiaan akan diuji di tengah godaan dan bisikan-bisikan dari lawan dan kawan.
Bab 4: Ketika RUU Kontroversial Muncul
Beberapa bulan berlalu sejak Partai Banteng resmi menjadi oposisi. Mereka fokus pada program kerja yang telah mereka rumuskan: membela kepentingan rakyat dan mengawasi kebijakan pemerintah secara objektif.
Suatu pagi, berita mengejutkan menghampiri. Kabinet Garuda mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) kontroversial yang dinilai merugikan masyarakat. RUU tersebut menuai kritik dari berbagai kalangan, termasuk akademisi, aktivis, dan LSM.