"Tidak ada waktu tersisa, Pak Yono," tukas Hasan, nada bicaranya berubah serius. "RUU kontroversial ini akan segera dibahas di DPR. Keputusan anda akan menentukan masa depan anda dan Partai Banteng."
Hasan mengeluarkan map tebal berisi dokumen dan selembar kertas bermaterai. "Ini adalah data-data dan proposal yang kami tawarkan. Jika anda bergabung dengan kami, ini semua bisa menjadi milik anda."
Yono melihat sekilas ke dalam map dan kertas tersebut. Data-data yang tertera seolah membisikkan janji kekuasaan dan kemewahan, sementara proposalnya menawarkan jabatan menggiurkan di kabinet.
"Apa yang harus saya lakukan?" tanya Yono, suaranya nyaris tak terdengar.
Hasan tersenyum penuh kemenangan. "Cukup sederhana, Pak Yono. Anda hanya perlu meyakinkan beberapa anggota Banteng untuk abstain atau bahkan mendukung RUU ini. Dengan demikian, suara penolakan akan berkurang dan RUU ini bisa lolos."
Guntur menggelegar, seakan mengiringi keputusan berat yang harus diambil oleh Yono. Di dalam ruangan itu, kesetiaan dan ambisi sedang bertarung. Akankah Yono tergoda oleh bisikan kekuasaan dan jabatan, atau ia akan tetap teguh pada prinsip dan loyalitasnya kepada Banteng?
Sementara itu, di markas Banteng, Watimaga dan timnya tengah berdiskusi strategi untuk menghadapi pembahasan RUU di DPR. Mereka menyadari adanya manuver politik dari Koalisi Garuda, dan mereka waspada terhadap kemungkinan adanya anggota partai yang 'berkhianat'.
"Kita perlu waspada," kata Bagas, Sekjen partai, suaranya tegas. "Ada kemungkinan mereka akan mencoba menggerogoti anggota kita dari dalam."
Watimaga mengangguk, keningnya berkerut. "Lakukan penelusuran secara diam-diam. Kita harus menjaga kekompakan dan integritas partai."
Suasana di markas Banteng dipenuhi dengan ketegangan. Mereka tak hanya harus berjuang melawan Koalisi Garuda di ranah publik, tetapi juga harus menghadapi potensi pengkhianatan dari dalam. Nasib RUU kontroversial itu pun masih abu-abu, dan keputusan Yono akan menentukan arah perjuangan Banteng selanjutnya.
Bab ini semakin memperlihatkan konflik internal yang dihadapi Banteng. Yono, yang masih bimbang dengan keputusannya, menjadi titik rawan yang bisa dimanfaatkan oleh Koalisi Garuda. Sementara itu, Banteng harus berjuang menghadapi manuver politik lawan dan menjaga keutuhan partainya. Pertempuran politik ini semakin memanas, dan hanya waktu yang bisa menentukan siapa yang akan keluar sebagai pemenang.