Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Bayang-Bayang Kekuasaan: Kebangkitan Banteng di Luar Arena

29 Februari 2024   15:37 Diperbarui: 29 Februari 2024   15:41 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Watimaga, yang masih menjabat sebagai Ketua Umum Partai Banteng, tengah berdiskusi dengan tim inti partai untuk membahas strategi kampanye. Wajahnya berseri-seri, memancarkan optimisme.

"Pemilu kali ini akan menjadi penentuan," kata Watimaga, suaranya tegas namun tenang. "Rakyat akan menilai kinerja pemerintah dan rekam jejak partai kita selama lima tahun terakhir."

Para anggota tim saling bertukar pendapat, membahas program-program yang akan diusung dan strategi pemenangan di setiap daerah. Suasana diskusi dipenuhi semangat dan antusiasme.

Di tengah hiruk pikuk tersebut, Watimaga menerima pesan singkat yang tak terduga. Pengirimnya adalah Yono, mantan anggota Banteng yang dulu membelot ke Koalisi Garuda.

"Saya ingin bertemu," bunyi pesan tersebut.

Watimaga terdiam sejenak, raut wajahnya berubah melankolis. Yono adalah masa lalu kelam yang tak pernah bisa dilupakannya. Pengkhianatan Yono menjadi pukulan telak bagi Banteng dan meninggalkan luka yang mendalam.

"Bu, sebaiknya Anda tidak menemui dia," ujar Sekjen partai, Bagas, yang melihat raut wajah Watimaga berubah.

Watimaga terdiam sesaat, menimbang-nimbang. "Tidak, ini saatnya untuk berdamai dengan masa lalu," katanya akhirnya. "Mungkin ada hal penting yang ingin dia sampaikan."

Pertemuan antara Watimaga dan Yono berlangsung di sebuah kafe yang sepi. Suasana tegang saat mereka berhadapan. Yono tampak lebih tua dan terlihat penyesalan di wajahnya.

"Maaf, Bu," kata Yono, suaranya lirih. "Saya menyesali perbuatan saya di masa lalu."

Watimaga hanya diam, menunggu Yono melanjutkan pembicaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun