Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Melodi Cinta di Kampus Biru

6 Februari 2024   14:18 Diperbarui: 6 Februari 2024   14:28 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta mereka memang diuji oleh perbedaan, tapi cinta sejati akan selalu menemukan jalan untuk bertahan. Bagaikan alunan piano yang diiringi lukisan penuh warna, cinta Laras dan Bima menciptakan harmoni yang unik dan indah, meski dengan tantangan tersendiri.

Bab 5: Mimpi dan Perpisahan

Waktu terus bergulir, membawa Laras dan Bima memasuki semester akhir. Mimpi dan cita-cita mereka pun semakin jelas. Laras bertekad menjadi seniman profesional, sementara Bima berambisi melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

Meski saling mendukung, bayang perpisahan mulai menghantui mereka. Tak jarang perbincangan hangat mereka diwarnai dengan nada melankolis.

Suatu sore, saat mereka duduk di bawah pohon beringin tua di kampus, Bima memeluk Laras erat. "Laras, sebentar lagi kita akan berpisah," ucapnya lirih.

Laras bersandar di dada Bima, hatinya terasa perih. "Iya, Bim. Tapi kita pasti bisa melewatinya," sahutnya dengan suara bergetar.

"Aku janji akan terus mencintaimu, apapun keadaannya," Bima menegaskan dengan nada mantap.

Laras menatap mata Bima dengan penuh keyakinan. "Aku juga, Bim. Jarak dan waktu tidak akan mengubah perasaanku."

Mereka berjanji untuk tetap berkomunikasi dan saling mengunjungi meski terpisah jarak. Hari-hari terakhir mereka dipenuhi dengan momen kebersamaan yang semakin intens. Pameran tunggal Laras menjadi perpisahan manis sebelum Bima berangkat ke luar negeri.

Pada malam terakhir Bima di Indonesia, mereka menghabiskan waktu di pantai dekat kampus. Ombak memecah memecah di kejauhan, seakan mengiringi kesedihan mereka.

"Laras, aku titip mimpimu padaku," ucap Bima sambil menggenggam tangan Laras. "Jagalah impianmu itu, dan suatu saat kita akan mewujudkannya bersama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun