Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Melodi Cinta di Kampus Biru

6 Februari 2024   14:18 Diperbarui: 6 Februari 2024   14:28 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini bukan sekadar pesta, Laras. Ini tentang membangun relasi," Bima tetap berpendirian.

Debat mereka berlanjut hingga nada suara meninggi. Laras merasa Bima terlalu kaku dan tidak menghargai idenya, sedangkan Bima merasa Laras kurang memahami pentingnya pencitraan dalam dunia profesional.

Hening mencekam menyelimuti mereka. Bima menghela napas berat. "Maaf, Laras. Aku terlalu fokus dengan keinginanku sendiri," akunya.

Laras menatap Bima dengan tatapan sedih. "Tidak apa, Bima. Mungkin kita memang berbeda," ucapnya lirih.

Malam itu, mereka bertengkar untuk pertama kalinya. Kehangatan yang biasa mereka rasakan sirna, digantikan oleh perasaan gundah dan ketidakpastian.

Keesokan harinya, Bima datang ke kos Laras membawa seikat bunga dan kue ulang tahun. "Laras, aku minta maaf atas perlakuanku kemarin," ucapnya tulus.

Laras menerima permintaan maaf Bima, tapi suasana masih terasa canggung. Bima kemudian mengeluarkan kotak kecil dari sakunya.

"Apa ini?" tanya Laras penasaran.

Bima membukanya, memperlihatkan cincin perak dengan ukiran sederhana. "Ini cincin percintaan. Aku harap ini bisa mengingatkan kita bahwa apapun perbedaan kita, percintaan kita harus tetap terjaga," ujarnya lembut.

Laras tersentuh oleh perhatian Bima. Ia menerima cincin itu dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, Bima. Aku juga menghargai perasaan kita."

Hari itu, mereka berdamai. Pertengkaran mereka menjadi titik balik bagi hubungan mereka. Laras dan Bima mulai belajar untuk memahami dan menghargai perbedaan satu sama lain. Mereka tetap berpacaran, tapi dengan kompromi dan komunikasi yang lebih terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun