Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Melodi Cinta di Kampus Biru

6 Februari 2024   14:18 Diperbarui: 6 Februari 2024   14:28 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka berjalan beriringan menuju kantin kampus, obrolan ringan terus mengalir di antara mereka. Suasana malam yang semilir dan lampu gedung kampus yang remang-remang seolah menjadi saksi bisu lahirnya perasaan istimewa di hati keduanya.

Saat berpisah di depan kos Laras, Bima mengulurkan tangannya. "Sampai jumpa besok, Laras."

Laras tersenyum dan menyambut uluran tangan Bima. Sentuhan singkat itu mengirimkan aliran hangat ke seluruh tubuhnya. "Sampai jumpa, Bima."

Laras masuk ke kosnya dengan perasaan berbunga-bunga. Pertemuan singkat di perpustakaan tadi semakin meneguhkan apa yang ia rasakan. Bima tak lagi hanya sekedar ketua BEM yang dingin, tapi sosok yang menarik, cerdas, dan perhatian.

Malam itu, Laras tak bisa memejamkan mata. Bayangan Bima terus berputar di benaknya. Ia tak pernah menyangka, cinta pertamanya akan hadir di bangku perkuliahan, dalam sosok tak terduga seperti Bima.

Bab 3: Kolaborasi Tak Terduga

Hari presentasi seni lukis Laras pun tiba. Dengan penuh semangat, ia memamerkan hasil karyanya yang terinspirasi dari percakapannya dengan Bima di perpustakaan. Lukisan tersebut bukan sekadar menggambarkan objek, tetapi juga emosi yang ia rasakan: kebingungan, harapan, dan semangat berkarya.

Para penonton terkesima dengan karya Laras. Warnanya berani, ekspresinya lugas, dan pesan yang disampaikan begitu menyentuh. Tepuk tangan meriah bergemuruh saat Laras mengakhiri presentasinya.

Di antara penonton, Laras melihat sosok Bima duduk di barisan paling belakang. Senyum bangga terpancar dari wajahnya, membuat hati Laras berbunga-bunga.

Setelah presentasi selesai, Bima menghampiri Laras. "Luar biasa, Laras. Lukisanmu penuh dengan jiwa. Aku benar-benar tersentuh," ucapnya tulus.

Laras tersipu malu. "Terima kasih, Bima. Kata-katamu tentang melukiskan perasaan sangat membantuku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun