Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Melodi Cinta di Kampus Biru

6 Februari 2024   14:18 Diperbarui: 6 Februari 2024   14:28 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Emosi yang kamu rasakan saat ini, frustrasi, bingung, tapi ada keinginan kuat untuk mencari jalan keluar. Coba tuangkan itu ke dalam canvas," saran Bima dengan nada rendah.

Kata-kata Bima bagaikan hentakan drum yang membangunkan irama yang terhenti. Laras seolah tersadar. Benar! Selama ini ia fokus pada objek gambar, bukan emosi yang ingin disampaikan.

Dengan semangat baru, Laras meraih pensil warna. Garis demi garis mengalir dengan bebas, tak lagi terpaku pada bentuk, tapi mengekspresikan perasaan gundah yang bercampur dengan harapan.

Tak terasa, waktu berlalu hingga kafe mulai tutup. Laras tersentak kaget saat menyadari Bima masih setia menemani dan sesekali memberikan masukan yang tajam namun solutif.

"Wah, sudah larut. Aku antar kamu pulang, ya?" Bima menawarkan dengan nada ramah.

Laras sempat ragu, tapi ketulusan dalam sorot mata Bima membuatnya luluh. Mereka berjalan beriringan di bawah langit senja, langkah mereka seirama dengan detak jantung Laras yang berpacu tak karuan.

"Terima kasih banyak, Bima," ucap Laras tulus saat mereka sampai di depan kosnya.

Bima tersenyum hangat. "Sama-sama. Dan, gambarmu tadi... luar biasa. Kamu punya bakat yang hebat."

Bab 2: Percikan di Perpustakaan

Semenjak pertemuan di kafe, ada yang berbeda dalam diri Laras. Bima, si ketua BEM yang dingin itu, kini sering melintas di benaknya. Kata-katanya tentang melukiskan perasaan terus bergaung, membawanya bereksperimen dengan gaya baru yang lebih ekspresif.

Suatu sore, Laras sedang mencari referensi untuk presentasinya di perpustakaan kampus. Tanpa sengaja, matanya menangkap sosok Bima duduk di pojok, serius membaca buku tebal. Rasa gugup bercampur penasaran menggelitik hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun