Sementara itu, di luar penjara, Laras dan Harmoni Sejati bergerak. Mereka mengumpulkan bukti tambahan, menggalang dukungan masyarakat, dan bekerja sama dengan wartawan senior yang terus menyoroti kasus Bagas. Tekanan publik semakin kuat, mendesak pihak berwenang untuk mengusut tuntas kasus ini.
Di ruang sidang, Bagas dengan tegas membela diri, meski tekanan dari pihak lawan sangat kuat. Dia bersaksi tentang praktik korupsi yang disaksikannya, didukung oleh bukti yang dikumpulkan Harmoni Sejati.
Sidang berlangsung alot, penuh drama dan intrik. Saksi kunci dihadirkan, fakta terungkap satu per satu, dan perlahan kebenaran mulai terlihat.
"Anda yakin tuduhan Anda benar?" Hakim menatap Bagas dengan tajam.
"Ya, Yang Mulia. Saya bersaksi untuk keadilan, meski nyawa saya terancam," jawab Bagas mantap.
Akhirnya, setelah melalui persidangan yang panjang dan melelahkan, keadilan ditegakkan. Para koruptor dijatuhi hukuman setimpal, Bagas dibebaskan dari segala tuduhan, dan namanya dipuji sebagai pahlawan pemberantas korupsi.
Keluar dari penjara, Bagas disambut sorak sorai dan pelukan hangat dari Laras dan para anggota Harmoni Sejati.
"Kau melakukannya, Bagas," Laras berbisik sambil menangis haru. "Kau membuktikan bahwa kebenaran bisa menang."
Bagas tersenyum, meski lelah tergambar jelas di wajahnya.
Perjuangan Bagas belum berakhir. Dia sadar korupsi masih merajalela, dan masih banyak yang harus diperjuangkan. Tapi pengalamannya memberinya kekuatan dan harapan. Dia tahu, bersama orang-orang yang memiliki keyakinan yang sama, dia bisa terus berjuang membangun negeri yang lebih bersih dan adil.
Bab 6: Gema Harmoni yang Menggema