Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senandung Pilu Negeri Harmoni

6 Februari 2024   06:48 Diperbarui: 6 Februari 2024   06:53 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/pikbest 

Bebas dari jeruji besi, Bagas keluar dengan status pahlawan. Kisahnya sebagai whistleblower yang berani melawan korupsi menggema seantero negeri. Namun, euforia kemenangan bercampur dengan kewaspadaan. Dia tahu jaringan mafia korup belum sepenuhnya lumpuh, dendam mereka masih membara.

"Kau harus berhati-hati, Bagas," Laras memperingatkan, tatapannya penuh khawatir. "Mereka tidak akan tinggal diam."

Bagas mengangguk, memahami risiko yang dihadapi. Tapi tekadnya untuk terus berjuang tak surut.

Berita pembebasan Bagas memicu gerakan anti-korupsi yang lebih masif. Di berbagai penjuru, masyarakat turun ke jalan, menuntut transparansi dan keadilan. Harmoni Sejati pun semakin berkembang, anggotanya bertambah, aksinya meluas, tak hanya membongkar skandal, tapi juga mengedukasi masyarakat tentang bahaya korupsi.

Dalam sebuah diskusi bersama aktivis muda, Bagas berkata, "Korupsi bukan hanya masalah sistem, tapi juga masalah moral. Kita harus membangun kesadaran kolektif, menolak suap, dan berani bersuara."

Kata-katanya disambut antusias. Semangat perubahan membuncah, harapan akan masa depan yang bersih dari korupsi mulai terlihat nyata.

Namun, perjuangan tidak selalu mulus. Ancaman dan teror terus mengintai Bagas dan Harmoni Sejati. Aktivis mereka diintimidasi, kantor mereka dirusak, bahkan beberapa anggota menerima suap untuk tutup mulut.

"Mereka mencoba menakuti kita," ujar Anton, anggota senior Harmoni Sejati. "Tapi kita tidak boleh gentar. Justru ini bukti bahwa mereka terdesak."

Kejadian itu semakin menyatukan mereka. Strategi dibahas, pengamanan ditingkatkan, dan jaringan solidaritas diperkuat. Mereka sadar, melawan korupsi bukan pertempuran individu, tapi perjuangan kolektif.

Suatu hari, Bagas menerima informasi rahasia tentang rencana para koruptor untuk menguras dana proyek infrastruktur besar. Dia langsung menghubungi Laras dan Anton.

Mereka bekerja cepat, mengumpulkan bukti, dan berkoordinasi dengan aparat penegak hukum. Langkah mereka sigap, berhasil menggagalkan rencana tersebut sebelum terlaksana. Keberhasilan ini menjadi pukulan telak bagi jaringan koruptor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun