Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senandung Pilu Negeri Harmoni

6 Februari 2024   06:48 Diperbarui: 6 Februari 2024   06:53 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/pikbest 

Bagas mendongak, melihat Laras berdiri di ambang pintu dengan senyum penuh arti. "Iya, lagi sibuk ngurus laporan."

"Ngurus laporan apa?" Laras bertanya sambil mendekat.

Bagas ragu-ragu sejenak. "Proyek pembangunan jembatan di daerah terpencil. Tapi ada yang aneh..."

Laras mencondongkan badan, matanya berbinar. "Apa yang aneh?"

Bagas menceritakan semua yang dia dengar dan amati. "Proyeknya terkesan dipaksakan, detailnya samar, dan anggarannya terlalu besar. Sepertinya ada yang mau mengambil keuntungan besar."

Laras mengangguk pelan. "Instingmu tajam, Bagas. Proyek fiktif seperti ini sering dipakai untuk menggelapkan uang negara. Kita harus mencari bukti kuat."

Hari-hari berikutnya, Bagas dan Laras bekerja sama seperti detektif amatir. Mereka mencari celah informasi, meminta bantuan informan Harmoni Sejati, dan bahkan diam-diam menyusup ke lokasi proyek fiktif yang ternyata masih berupa lahan kosong.

"Ini gila," Bagas berbisik sambil mengamati lahan kosong itu. "Proyek apa yang mau dibangun di sini kalau masih hutan belantara?"

Laras mengeluarkan kamera kecil dari tasnya. "Bukti visual penting, Bagas. Ambil sebanyak mungkin."

Tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh suara langkah kaki. Seorang pria berbadan tegap muncul dari balik pohon, menatap mereka dengan curiga.

"Siapa kalian? Mau apa di sini?" pria itu bertanya dengan nada mengancam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun