Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senandung Pilu Negeri Harmoni

6 Februari 2024   06:48 Diperbarui: 6 Februari 2024   06:53 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, di luar penjara, Laras dan Harmoni Sejati bergerak. Mereka mengumpulkan bukti tambahan, menggalang dukungan masyarakat, dan bekerja sama dengan wartawan senior yang terus menyoroti kasus Bagas. Tekanan publik semakin kuat, mendesak pihak berwenang untuk mengusut tuntas kasus ini.

Di ruang sidang, Bagas dengan tegas membela diri, meski tekanan dari pihak lawan sangat kuat. Dia bersaksi tentang praktik korupsi yang disaksikannya, didukung oleh bukti yang dikumpulkan Harmoni Sejati.

Sidang berlangsung alot, penuh drama dan intrik. Saksi kunci dihadirkan, fakta terungkap satu per satu, dan perlahan kebenaran mulai terlihat.

"Anda yakin tuduhan Anda benar?" Hakim menatap Bagas dengan tajam.

"Ya, Yang Mulia. Saya bersaksi untuk keadilan, meski nyawa saya terancam," jawab Bagas mantap.

Akhirnya, setelah melalui persidangan yang panjang dan melelahkan, keadilan ditegakkan. Para koruptor dijatuhi hukuman setimpal, Bagas dibebaskan dari segala tuduhan, dan namanya dipuji sebagai pahlawan pemberantas korupsi.

Keluar dari penjara, Bagas disambut sorak sorai dan pelukan hangat dari Laras dan para anggota Harmoni Sejati.

"Kau melakukannya, Bagas," Laras berbisik sambil menangis haru. "Kau membuktikan bahwa kebenaran bisa menang."

Bagas tersenyum, meski lelah tergambar jelas di wajahnya.

Perjuangan Bagas belum berakhir. Dia sadar korupsi masih merajalela, dan masih banyak yang harus diperjuangkan. Tapi pengalamannya memberinya kekuatan dan harapan. Dia tahu, bersama orang-orang yang memiliki keyakinan yang sama, dia bisa terus berjuang membangun negeri yang lebih bersih dan adil.

Bab 6: Gema Harmoni yang Menggema

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun