Mohon tunggu...
Afifa Nurra
Afifa Nurra Mohon Tunggu... Seniman - Penulis | Designer

Kadang menulis kadang melukis

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Firasat Giana

30 Juni 2024   14:45 Diperbarui: 1 Juli 2024   00:15 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ndo, nggak tau kenapa firasatku buruk kamu KKN besok."
Sebuah chat singkat dari Gia, gadis tercantik setelah mamaku. Senyumnya, matanya, aku seperti melihat jelmaan diriku disana. Hubungan kami sudah terjalin kurang lebih empat tahun dan selama itu juga tak pernah sekalipun aku mencoba menyakitinya apalagi mengkhianatinya. Aku sangat menghormati kesetiaanku, apalagi Gia bilang, aku karakter utama di novelnya. Ya, Gia seorang penulis.

"Kamu tuh beda dari cowok lain, makanya aku buat cerita ini untuk kamu." Ucapnya kala itu. Siapa yang nggak terharu.

Gia sudah kukenalkan dengan keluargaku sejak pertama kali aku menyatakan perasaanku padanya. Tak hanya itu, keluarga besar, sahabatku, teman kuliah, bahkan Dosenku juga sudah tau.

Jika ada yang bilang "Hubungannya awet ya, pasti banyak kesamaan." Salah. Justru aku dan Gia terlalu banyak perbedaan, salah satunya usia. Meskipun Gia lebih tua empat tahun dariku tapi dia awet muda. Dia masih terlihat sama dengan wanita seusiaku, dan karena perbedaan usia itu, Gia punya pengalaman yang lebih banyak seperti..
"Ndo, dulu waktu aku KKN, hampir semua temenku cinlok, mereka terlalu meremehkan batasan sampai ada yang selingkuh. Kamu jangan gitu ya Ndo."

Hal seperti itulah yang kadang buatku jengkel. Gia merasa bisa menebak sesuatu yang belum terjadi. Padahal sudah banyak bukti keseriusanku tetap saja dia masih belum percaya sepenuhnya. Karena rasa sayangku yang besar aku tak pernah mempermasalahkannya, kuturuti apapun kemauannya demi kebaikan hubungan kami.

"Iya bawel, kan abis KKN aku janji ke rumah, selama ini aku susah payah loh nabung untuk ke Palembang, masa iya aku nyerah gitu aja." Balasku meyakinkannya, seraya mengemasi barang- barangku karena besoknya aku pergi KKN. Jika bukan untuk tambahan nilai skripsi, sebenarnya aku malas ikut, apalagi harus beradaptasi dengan teman baru, rasanya jiwa introvertku sudah melekat sejak Covid kemarin, sebab selama dua tahun itu, interaksiku hanya sebatas keluarga dan Gia seorang.

Seketika dering handphoneku berbunyi, yang  pasti bukan chat dari Gia karena nada deringnya berbeda.

Grup KKN 098
"Gais, nggak bisa naik bus, jalannya sempit, yang cowok wajib bawa motor ya."  

"Sial, yang ada rusak motor gue, ide siapa sih sampe ke pelosok" Kesalku. Selain memikirkan nasib motorku, ada janji yang harus kutepati, motor baruku ini cuma boleh diduduki Gia.

Hari KKN tiba. Siangnya aku menyempatkan diri bertemu Gia yang akan berangkat ke Palembang besok. Kujelaskan keadaan sebenarnya, seperti biasa dia berpesan jaga hati dan tepati janji. Aku bisa melihat kekhawatiran di mata indahnya.

Pukul 15.00 WIB, aku bergerak meninggalkan Jakarta menuju Jawa Barat. Sebenarnya Jawa Barat tidak terlalu asing karena aku kuliah di Bandung, tapi untuk daerah terpencil satu ini aku benar - benar buta, sehingga harus menggunakan Map. Setiap di rest area aku chat Gia untuk menemaniku menceritakan hal-  hal baru yang kutemui di jalan.

Motor terus melaju membelah jalanan yang luas. Sejauh mata memandang yang tampak adalah hamparan-hamparan pepohonan, bergelombang seperti kehidupan. Kurasakan debu dan asap kendaraan lain mengepul saling menyatu menggerayangi mukaku. Angin berhembus kencang, pikiranku melayang mengingat pertemuan awalku dengan Gia. Sama sekali tak menyangka aku sudah ditahap ini, tahap terakhir untuk membuktikan kesetiaanku kepadanya.

Setelah tiga jam lebih perjalanan sampailah aku di Desa Sukaraja, Jawa Barat. Aku memutuskan beristirahat sebentar di posko yang tampak berjarak dari rumah warga. Sekilas kuperhatikan satu persatu anggota grupku. Selain lima orang cowok, ada sembilan orang cewek. Aku tersenyum menang. 'Bukan seleraku' Meskipun mereka termasuk kriteria cantik yang mulai dilirik temanku, jelmaan Mariana Renata tetap terbaik. Giana Winona, pacarku.

Jika kebanyakan orang menantikan hal seru selama KKN tapi aku tidak. Baru setengah hari rasanya aku ingin pulang, nggak sanggup membayangkan sebulan di tempat ini. Sinyal jelek, cuaca terlalu dingin, kamar mandi jauh dan harus ngantri. Kuceritakan semuanya ke Gia via chat "Gi, pokoknya kamu harus temenin aku chat ya." Setidaknya dia jadi lebih tenang bahwa kenyataannya aku tidak benar -benar tertarik dengan KKN beserta orang - orangnya.

Hari kedua.
Selesailah upacara pembukaan KKN di Kantor Kepala Desa pagi itu. Kami disambut hangat oleh pak Kades juga istrinya yang begitu terobsesi olehku. Sampai- sampai kami diundang makan siang di rumahnya. Kata Bu Kades aku mirip Jefri Nichol idolanya. Selain foto bareng, Bu Kades menawarkan anak gadisnya kepadaku, dengan tegas aku bilang sudah punya pacar dan akan menikah.

"Karena Nando nih, kita bisa diajak makan di rumah Pak Kades, itulah untungnya berteman sama orang ganteng. Besok - besok kita bawa aja Nando kemana - mana, siapa tau gratis makan sebulan hahaha" Canda Bagas ketua Humas yang paling gede perutnya.

"Iya pokoknya pas foto, Nando harus paling depan ya, biar kalo diupload di Instagram dikira 'kalian foto bareng Jefri!!' jiahh" Timpal Rani tim Dokumentasi.

Seperti hujan yang datang di panas terik. Nggak ada yang tau kapan hati bisa berubah. Begitu juga denganku. Ada angin baru yang selama ini kurindukan dan itu kurasakan saat bersama mereka.

Malam itu di halaman posko, ditemani api unggun, kami saling beradaptasi. Dimulai dari Kinan yang rumahnya di Condet, Rani, Sela, Andin, Arga, Bagas juga yang lainnya.

"Katanya lo punya pacar ya? anak kampus kita?" Tanya Arga.

"Orang luar, Guru, lebih tua empat tahun dari gue."
" Anjir serius lo!"
Semuanya kaget mendengar penjelasanku. Karena dipaksa aku menunjukkan foto Gia yang ada di dompetku.

"Cantik, tapi emang keliatan lebih tua dikit, uhm sederhana ya anaknya." Komen Rani.

"Ya jelas, beda empat tahun" Arga menimpal

"Eh sumpah mirip besti gue anjir" Spontan Kinan yang baru saja nimbrung.

"Satu kelas sama lo?" Tanya Arga

"Iya anak Komunikasi, dia KKN disini tau, lusa dia mau mampir katanya kangen sama gue haha." Aku dan yang lainnya hanya merespon dengan biasa.

Hari demi hari, aku semakin dekat dengan mereka, nongkrong di kafe adalah hal yang kami nantikan setelah lelah berkegiatan, terkadang sengaja aku nggak balas chat Gia demi mendahulukan kegiatanku. 

Dan hari kelima, inilah awal mula kecerobohanku.
"Ndo, kamu ada bonceng cewek lain?"

"Kenapa nanya gitu Gi?"  

Gia mengirim sebuah foto

"Ini kamu kan?"

Jlep. Aku kaget. Kuakui bahwa Gia perempuan jenius, matanya setajam elang, bahkan dia bisa tau itu fotoku, meskipun cuma dari belakang.

"Aku jelasin ya, itu terpaksa, ke rumah pak RT itu jauh, jadi harus naik motor, beberapa anak cewek kita nggak bawa motor, ya mau nggak mau mereka nebeng Gi."

"Ga lucu, kamu bonceng dua cewek Ndo"

" Diapit tas itu, nggak kena ya"

" Ya itu liat temen- temen cowok kamu nggak bonceng siapa - siapa, kamu bilang mereka jomblo, kenapa nggak sama mereka aja, kenapa harus sama kamu yang jelas udah punya pacar?"

"Lah, mereka mintanya ke aku"

"Ga bisa nolak? Sekalian aja mereka minta kamu jadi pacarnya kamu iyain juga"

"Ga jelas"

"Aku nggak mempermasalahkan kalo kamu nggak janji"

"Iya tau, tapi ngerti dong ini terpaksa, lagian kamu nggak pantas cemburu sama mereka, Kinan udah punya pacar, Andin juga punya suami. Aku punya kamu."

"Tapi kamu mudah. Aku minta kamu jaga hati bukan di mulut doang, kita tuh udah mau nikah, harus sadar banyak banget godaanya."

"Iya Gi maaf, nggak usah chat dua hari ya. Aku pusing, aku juga punya kegiatan disini." 

"Oke" 

"Gi, pokoknya kamu harus temenin aku chat ya" Gia ngeforward chatku kemarin. "Lain kali nggak usah ngomong kalo nggak bisa."

Jlep. Ada rasa nyesek dan malu ke Gia, tapi aku nggak terima juga dikira selingkuh. Tak terasa mataku berkaca - kaca, kepalaku pusing.

"Kenapa lo?" Suara Bagas membuatku kaget. Kusadari bukan hanya Bagas yang memperhatikanku tapi mereka semua. Mau tidak mau aku menceritakannya, dan respon temanku diluar dugaan.

" Toxic ya pacar lo, hidup tu bebas" Bagas memulai pembicaraan.

"Gue sama pacar tuh santai, mau gue dekat, jalan, boncengan sama cowok lain dianya nggak masalah, dan gue juga sebaliknya, komitmen aja si" 

Mendengar penuturan Kinan sebenarnya aku kurang setuju. Waktu tau Gia kepoin Instagram sahabatnya saja aku cemburu setengah mati.

"Yaudah nggak usah dipikirin bro, besok gue jamin lo happy lagi" Arga menenangkanku. Ya sejak itulah awal mula pengkhinatanku.

Pagi itu jadwal kami ke sawah membantu Petani yang bernama Pak Adeng menanam padi. Arga benar, bermain lumpur dengan mereka benar - benar menyenangkan. Dan yang lebih menyenangkan lagi..

"Kenalin ini Nara dari KKN 097, besti gue yang gue ceritakan kemarin mirip aszhdydxh hahaha" Bisik Kinan ke telingaku seraya tertawa. Dia mengenalkan seorang wanita disampingnya kepada kami semua.

Aku sedikit terenyuk menatap mukanya, seperti melihat sosok yang sangat aku kenal, ada rasa dingin masuk dalam relung - relung hatiku saat dia membalas sapaanku.

Wajahnya bulat, matanya coklat, indah dengan tatapan tajamnya, alisnya hampir menyatu, bodynya jangan ditanya, semok, apalagi baju yang dia pakai ngepas dibadannya sehingga bentuk dadanya terlihat jelas. Spontan aku jadi memperhatikannya, meskipun curi -curi pandang.

Setelah lelah menanam padi, kami disuguhi makanan oleh istrinya Pak Adeng di Pendopo yang terletak di tengah sawah. Sambal terasi, lalapan, dengan lauk tempe dan tahu jadi terasa nikmat jika dinikmati bersama - sama ditambah angin sepoi - sepoi siang itu. Ada Nara juga di sampingku. Meskipun aku sedikit kikuk tapi rasanya sempurna sudah.

"Btw lo suka kucing?"
Tanyaku menghampiri Nara yang terlihat asik memberi makan Kucing.

"Dari kecil malah, gue punya kucing dirumah namanya Abo maunya tidur sama gue terus. Kucing itu udah kayak adik bagi gue Ndo."

Mendengar itu aku seperti menemukan kecocokan dengan Nara. Tanpa sadar aku membandingkannya dengan Gia yang anti Kucing. Megang bulu Kucing saja dia nggak mau, takut katanya.

Hari berganti hari, aku jadi semakin nyaman ada dilingkaran pertemanan ini termasuk dengan Nara sahabatnya Kinan yang sudah jadi bagian dari kami. meskipun hanya sedikit interaksi aku bisa merasakan mata kami sering beradu pandang.

Malamnya Gia chat, entah kenapa aku tidak sesemangat sebelumya melihat pesan darinya.

"Ndo, nggak tau kenapa aku mau nanya ini, dia siapa?"

Kaget bukan kepalang, Gia mengirim foto Nara yang berpose bersama Kinan.

"Itu temennya Kinan Gi, emang kenapa?"

" Nggak apa- apa" 

                                     ***

"Janji ya kalo KKN selesai, hubungan persahabatan kita nggak boleh selesai. Kita harus sering nongkrong, liburan bareng, kalo perlu ke puncak bareng" Ucap Kinan malam itu yang langsung disorak setujui semua teman- temanku termasuk Nara. Hanya aku yang diam. Sebenarnya dilubuk hatiku itulah yang aku mau, tapi entah kenapa ada beberapa hal yang menguras pikiranku.

Tiga hari berlalu, tak terasa seminggu lagi aku disini. Pagi saat bangun kurasakan beberapa bagian tubuhku sakit, mataku panas, kata Arga badanku panas dingin, kakiku juga keram. Teman - temanku juga tidak bisa menemani karena hari ini ada agenda wajib untuk persiapan 17 Agustus. Aku chat Gia, tapi belum ada balasan. 

Sebuah chat dari Kinan  "Ndo gue udah nyuruh Nara ke posko bawa obat, sekalian temenin lo, dia kosong hari ini, gws yo."

Deg, jantungku mau copot membacanya. Selang beberapa menit terdengar ketukan pintu, itu Nara. Ya layaknya teman biasa, dia memberiku obat, menyiapkan makananku lalu kembali ke ruang tengah.

Tapi kurasakan sesuatu yang aneh setelah itu. Badanku menggigil hebat, aku benar benar nggak tahan, spontan kusenggol gelas di sampingku hingga pecah, membuat Nara berlari datang ke kamarku. 

"Ndo, lo kenapa?" Nara terlihat panik
"Gue meng..gigil..Nar, nggak taha..n" 

Refleks dia memelukku dengan selimut. Cukup lama itu sehingga suhuku mulai normal kembali. Kami saling bertatap. Aku seperti terhipnotis oleh matanya yang indah. "Lo jangan gini lagi ya, gue takut lo kenapa - kenapa Ndo, gue sayang sama lo." Aku tidak membalas ucapannya, entah siapa yang mulai, bibirku dan bibirnya kini bersentuhan, kami pun berciuman cukup dalam. Sangking terbuainya, tanpa sadar tanganku mulai menelusuri bagian dada Nara dan terjadilah hal paling bodoh yang pernah kulakukan seumur hidupku.
Siang itu deru nafas bersatu dalam kenikmatan sesat yang kami rasakan. 

"Trtt trt trtrt" Nada dering yang sangat familiar. "Astaga, Gia" Aku menepuk jidadku.
Refleks aku mendorong Nara yang semula dipelukanku. "Tinggalin gue sendiri Nar" Ucapku. Nara sempat terdiam, merapikan bajunya, lalu beranjak pergi dengan mata yang berkaca - kaca. Aku mengangkat telpon Gia dengan jantung berdegup kencang.

"Ndo, kamu sakit apa? maafin aku ya karena jauh, kemarin aku ada kasih kamu minuman herbal, itu ampuh loh, harus diminum ya. Kamu makan yang sehat dong jangan makan mie terus disana Ndo, btw kamu ditemenin siapa? Arga ya? bukan cewek kan?" 

Aku hanya diam mendengarkan kegetiran Gia yang mengkhawatirkanku. Perasaanku remuk, kupukul kepalaku berulang ulang. Aku yang harusnya minta maaf karena telah mengkhianatinya. 

" love you Gia" Hanya itu kata yang mampu kuucapkan. Ternyata sesesak ini menjadi pengkhianat.

Mulai malam itu pikiranku kacau, terbagi oleh dua wanita. Disatu sisi tak bisa kuhapuskan bayangan Nara, disisi lainnya aku merasa berdosa ke Gia, aku benar takut dia tau kalau aku sebrengsek ini.

Dalam menyambut Perayaan 17 Agustus di Desa Sukaraja, grup KKN 097 dan 098 digabung. Itu artinya aku semakin sering ketemu Nara. Sejak kejadian kemarin jantungku tak karuan saat melihatnya. Aku berusaha melupakannya tapi semakin teringat. Dan malam itu dia menghampiriku, memberiku sebuah kue. "Buat lo, gue minta maaf soal kemarin, nggak seharusnya gue suka sama lo." Ucapnya dengan mata berkaca - kaca. Aku terdiam, membiarkannya pergi tanpa mengucap satu katapun. 

Keesokan harinya aku berharap Nara tidak hadir. Dan benar Nara nggak datang, kata Kinan dia sakit. Mendengar itu malah membuat pikiranku semakin kacau. "Oiya tanggal 19 jangan pada pulang dulu bisa nggak?  Nara ultah." Jelas Kinan.

"Gas rayain, bagaimanapun Nara udah banyak bantu kita." Kata Arga.
Tanpa banyak bicara aku mengeluarkan  motorku menuju posko Nara. Kuajak dia keluar ke kafe yang tak jauh dari lokasi. Kami berbicara cukup panjang. Dia terima aku punya Gia dan mengalah meskipun katanya itu menyakitkan. "Ndo sebelum KKN berakhir, boleh nggak kita nikmati hari - hari terakhir ini bersama?" Aku mengangguk seraya memeluknya erat malam itu.

Pesta 17 Agustus pun tiba. Kami berangkat dari posko menggunakan motor bersama para warga. Suasana pawai begitu ramai dengan berbagai adat khas Sukaraja. Kuperhatikan wanita itu dari kejauhan, apa aku sanggup kehilangan senyumannya?"Nar aku menyukaimu" Ucapku dalam hati tak sadar. 

                                    ****

"Ndo, sebelum pulang periksa lagi barangnya, jangan sampai ada yang ketinggalan."
Sebuah chat dari Gia malam itu.

"Aku nggak jadi pulang besok Gi"
 
"Oiya,kenapa? bukannya kamu bilang mau langsung pulang kalo udah selesai?" 

"Masih ada acara Gi"  

"Acara ulang tahun Naraya Adila?" 

Jlep, seketika sesak membacanya. Aku rasa Gia ini Shinichi versi dunia nyata.
"Apasih Gi, kok kamu mulai aneh gini" 

"Karena aku punya feeling Ndo, bukannya kamu yang makin aneh ya?"

"Makin aneh apanya Gi?"

Hanya tanda biru. Sudah satu jam nggak ada balasan. Ini pertama kalinya Gia hanya membaca pesanku padahal dia online. aku semakin resah, berbagai pikiran negatif muncul dibenakku, dan benar saja.

Sebuah telepon dari Nara. Aku mengangkatnya dengan hati berdebar.

" Ndo, pacar lo chat gue di Instagram marah marah, maaf gue nggak bisa ketemu lo malam ini, mau tenangin diri dulu." Jelas Nara terisak - isak seraya menutup teleponnya. Aku kaget bukan main, mendengarnya entah kenapa aku ikutan kesal, tanpa berpikir panjang aku telpon Gia.

"Gi, kamu apain Nara sampe dia nangis, jangan bawa - bawa dia dihubungan kita deh" 

"Beberapa tahun lalu seseorang pernah bilang ke aku "Aku nggak akan biarin siapapun buat kamu nangis Gia" Sekarang aku nangis disini karena kamu!, kamu malah belain cewek lain yang nangis karena ulahnya sendiri!"

Jleb. Aku terpaku mendengar kata-kata Gia. Semakin kaget ketika dia mengirim sebuah foto.

"Ini kamu kan sama Nara? erat sekali pelukannya, tega kamu Ndo!" Suara getir Gia mulai terdengar.

"Gi dengerin dulu, nggak seburuk itu" 

"Kamu anak dari keluarga terpandang, dari ibu yang baik, kamu orang paling jujur yang pernah aku kenal, nggak  pernah sekalipun kamu bohong sama aku selama empat tahun kita, sekarang jawab aku jujur, kamu ada perasaan sama dia?"

"Gi, pertanyaan nggak penting" suaraku sedikit bergetar.

"Jangan buat aku tambah benci sama kamu ya Ndo, jujur sekarang kamu suka kan sama dia??" Gia terlihat menahan kemarahannya.

" Iya Gi, iyaaa, jujur aku suka sama Nara, puas kan, itu yang kamu mau, maaf Giaku astagaa" 

"Hhhuhhuhuhu, selain pelukan.. kamu udah ngapain aja sama dia, jawab jujur!" 

"Jujur ..aku udah kissing ..dan sempat..  begituan, tap..tapi itu nggak sengaja Gia, aku khilaf, nggak ada maksud kayak gitu demi Allah sayang" 

"SAKIT KAMU!!"

" Gia tolonglah, aku bisa jelasin ke kamu, kita ketemu nanti" 

"Nggak perlu!, gue nggak mau ketemu manusia macam lo lagi. Lo manusia paling nyakitin yang pernah gue tau. Gue tolak lamaran orang -orang demi nungguin lo, gue kehilangan sahabat - sahabat gue, pekerjaan gue, bahkan bodohnya lagi, gue habisin waktu gue cuma buat nulisin cowok yang ternyata begini kelakuannya hhuhu. Empat tahun lo pura - pura sayang terus sekarang lo ngehancurin semuanya!" Gia menangis sejadi jadinya.

"Gi,cukup, kamu boleh ngatain apapun karena emang aku salah, tapi jangan bilang aku pura pura sayang. Selama ini aku tulus sayang sama kamu. Aku serius sama kamu, turutin apa yang kamu mau. Aku berubah demi kamu, rela nggak nongkrong demi kamu karena aku kerja sambil kuliah, aku rela makan cuma dua kali sehari di Bandung demi nabung buat biaya nikah kita, bahkan aku kehilangan diriku sendiri Gi"

"Lo salah!! lo nggak seharusnya berubah karena seseorang, begini kan jadinya. Bulshitt!"

"Aku tepati janji ke kamu Gia, aku tetap nikahi kamu"

"Maksudnya? Lo selingkuh sama Nara terus sekarang lo bilang mau tepati janji ke gue? Makin sakit tau nggak lo! Percuma, kita nggak bakalan bisa akur. Kesalahan lo ini udah fatal. Seharusnya lo bertanggung jawab ke Nara."

"Gue nggak tau harus ngomong apa sama keluarga, Bude gue dari Padang udah pesan tiket buat ke rumah, demi liat lo. Saudara, temen gue, malu Ndo. Berantakan semuanya hhuhhu"

"Gi.."

"Inilah akibat lo menyepelekan batasan. Udah gue bilang dari kemarin, lo nggak percaya"

Telepon itu langsung mati, bersamaan dengan foto profil Gia yang hilang. 

Jlep. Aku lemas, terduduk di halaman belakang posko. Nggak percaya aku sehina ini dimatanya. Aku telah menyakiti seseorang yang sangat tulus. Dan hubungan empat tahun kami, berakhir dengan  sangat menyedihkan. Aku kehilangan Gia selamanya.
"Maafin aku Gia." Malam itu adalah malam terburuk yang membuat seluruh sendi -sendi badanku lemas. Aku harap ini cuma mimpi. Aku tertidur di sofa. 

                               ***
"Nar gue butuh waktu sendiri dulu."   Ucapku setelah mengantarnya pulang dari KKN. 

"Gue paham, kapanpun lo datang gue terima kok" Ucapnya. Kulaju motorku sambil memandang lurus lekuk langit siang hari. Cerahnya ternyata tak mampu mencerahkan batinku yang penuh beban. 

"Trt..trtt trtt"

Sebuah notif Twitter dari Giana Winona.

"Manusia punya hati tapi Nara dan KKN 098 tidak"

"4 tahun bukan waktu sebentar untuk membaca kisah kita yang kehilangan makna."

Enam detik kemudian, Twitternya hilang. Tamat sudah, Gia memblokirku dari semua sisi.

                                        *** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun