"Kamu anak dari keluarga terpandang, dari ibu yang baik, kamu orang paling jujur yang pernah aku kenal, nggak  pernah sekalipun kamu bohong sama aku selama empat tahun kita, sekarang jawab aku jujur, kamu ada perasaan sama dia?"
"Gi, pertanyaan nggak penting"Â suaraku sedikit bergetar.
"Jangan buat aku tambah benci sama kamu ya Ndo, jujur sekarang kamu suka kan sama dia??"Â Gia terlihat menahan kemarahannya.
" Iya Gi, iyaaa, jujur aku suka sama Nara, puas kan, itu yang kamu mau, maaf Giaku astagaa"Â
"Hhhuhhuhuhu, selain pelukan.. kamu udah ngapain aja sama dia, jawab jujur!"Â
"Jujur ..aku udah kissing ..dan sempat.. Â begituan, tap..tapi itu nggak sengaja Gia, aku khilaf, nggak ada maksud kayak gitu demi Allah sayang"Â
"SAKIT KAMU!!"
" Gia tolonglah, aku bisa jelasin ke kamu, kita ketemu nanti"Â
"Nggak perlu!, gue nggak mau ketemu manusia macam lo lagi. Lo manusia paling nyakitin yang pernah gue tau. Gue tolak lamaran orang -orang demi nungguin lo, gue kehilangan sahabat - sahabat gue, pekerjaan gue, bahkan bodohnya lagi, gue habisin waktu gue cuma buat nulisin cowok yang ternyata begini kelakuannya hhuhu. Empat tahun lo pura - pura sayang terus sekarang lo ngehancurin semuanya!"Â Gia menangis sejadi jadinya.
"Gi,cukup, kamu boleh ngatain apapun karena emang aku salah, tapi jangan bilang aku pura pura sayang. Selama ini aku tulus sayang sama kamu. Aku serius sama kamu, turutin apa yang kamu mau. Aku berubah demi kamu, rela nggak nongkrong demi kamu karena aku kerja sambil kuliah, aku rela makan cuma dua kali sehari di Bandung demi nabung buat biaya nikah kita, bahkan aku kehilangan diriku sendiri Gi"
"Lo salah!! lo nggak seharusnya berubah karena seseorang, begini kan jadinya. Bulshitt!"
