Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ustawka

7 Juni 2016   13:59 Diperbarui: 7 Juni 2016   14:08 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Benar.”

“Begini, aku hanya harus menghajar bandit-bandit Cracovia itu untuk kehormatan Wisla. Tentang karate atau kung fu, kurasa aku akan bisa melakukannya sendiri, jika aku sudah marah,” kata Lukasz sambil tersenyum pada Krystyna.

“Kau yakin?” tanya perempuan itu.

Lukasz tersenyum.

“Baiklah, aku tak sabar melihatmu jadi bulan-bulanan,” kata Krystyna sambil membalas senyum Lukasz yang terlihat sombong.

“Mereka yang akan kami lempar ke tempat sampah!” kata Lucasz dengan sengit.

“Aku harap begitu, tapi, entah kenapa ya, aku tak yakin?”

“Kau boleh pamer Martial Art, karate, atau apa pun. Tapi kami ini laki-laki, nona. Laki-laki adalah di mana kekuatan besar yang bisa merubah dunia berada. Jadi, dengan karate atau kungfu sekalipun, kau tetap perempuan. Kami, dengan atau tanpa karate adalah laki-laki. Kami tak butuh apa pun selain musuh untuk dihancurkan,” kata Lukasz.

“Kau bicara tentang kehormatan,” kata Krystyna.

“Kehormatan Wisla, kehormatan laki-laki.”

“Kau benar-benar yakin, hanya dengan marah kau bisa merebut kehormatan itu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun