Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ustawka

7 Juni 2016   13:59 Diperbarui: 7 Juni 2016   14:08 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lukasz merasa udara di Krakow dalam beberapa hari ini terasa berat dan membuatnya merasa gila. Ia yakin ini terjadi sejak Wisla Krakow tim kebanggaannya, kalah dari Lechia Gdansk di pertandingan tandang liga sepak bola nasional. Kawannya, Jerzy setuju dengannya. Kekalahan selalu sulit diterima dalam bentuk apa pun.

Sebenarnya kegelisahan Lukasz bukan semata kekalahan Wisla, tapi hinaan beberapa bandit anggota firm[1] Cracovia, klub rival sekota yang mengolok kekalahan mereka pada saat Lukasz berada di stasiun untuk sebuah transaksi rahasia. Ia memilih diam pada saat itu karena mereka berenam dan ia sendiri saja. Lagipula ia sedang menunggu seseorang dan bisnis hari itu bisa saja gagal jika ia membuang waktu dengan melayani mereka.

Tapi ketika transaksi hari itu selesai, ia mendapati kemarahan dan kebencian begitu meluap-luap di dadanya. Ia menceritakan hal itu pada kawannya Jerzy, dan dari Jerzy, cerita itu sampai pada Pawel Misiek, sang pemimpin firm Wisla, melalui Marek Sarkowski, orang kepercayaan sang pemimpin yang menugasi Lukasz untuk bertransaksi di stasiun hari itu.

Mendengar itu, sang pemimpin memutuskan sebuah pertemuan firm Wisla dengan firm Cracovia dalam sebuah Ustawka[2].

Little Bear memberimu kesempatan untuk melakukan misi penting dalam ustawka demi kehormatan firm, dan sebuah posisi yang lebih maju daripada sekarang ini, di firm, untukmu,” kata Marek menyebut perintah dari sang pemimpin.

Jelas ini adalah kehormatan bagi Lukasz. Masalahnya ia belum pernah terlibat dalam sebuah ustawka sebelumnya, dan ia sama sekali tak menguasai bela diri jenis apa pun. Ia pernah terlibat dalam beberapa keributan dengan beberapa firm atau polisi, tapi itu kerusuhan, bukan pertarungan. Sementara ustawka adalah pertarungan dua firm dan pemenangnya adalah pemegang kehormatan. Jelas, kehormatan firm dipertaruhkan di sini, dan karena itu firm butuh mereka yang berani dan kuat.

“Aku jelas senang dan tak sabar menunggu pertarungan pertamaku. Aku ingin menjadi yang masih tetap berdiri sampai akhir, tapi itu tak akan bisa kulakukan kalau masih seperti ini. Setidaknya aku harus bisa melakukan sesuatu semacam gerakan kung fu,” kata Lukasz.

“Ada waktu delapan hari, kau bisa ambil kelas Mixed Martial Art. Mungkin bisa kau pakai untuk menjatuhkan satu atau dua orang,” sahut Marek.

“Bukankah tak ada kelas malam? Pekerjaan darimu minggu ini cukup banyak, aku hanya punya waktu malam saja,” kata Lukasz.

“Kalau kau mau, aku bisa kirim seseorang untuk mengajarimu Mixed Matial Art,” Marek memberi sebuah gagasan.

“Itu terdengar bagus.”

------

Sebenarnya, seseorang yang dikirim Marek untuk mengajarinya bela diri Mixed Martial Art tidaklah akan terlalu mengejutkan jika pun dia adalah seorang Robert Lewandowski. Tapi ketika yang datang itu berjalan dengan gemulai dan menyebut namanya, Krystyna, Lukasz merasa shock, geli, kesal, dan merasa semakin gila. Ia tak yakin apakah ia akan benar-benar siap dalam pertarungan nanti.

“Marek bercanda padaku?” Lukasz bertanya pada Krystyna.

Perempuan muda itu tersenyum kecil dan meletakkan tasnya di atas tanah.

“Kudengar ada yang ingin belajar Mixed Martial Art untuk menghadapi firm Cracovia dalam delapan hari ke depan,” kata Krystyna.

“Ya, tapi kau datang di tempat yang salah, nona. Aku memang menunggu seorang master untuk mengajariku teknik terbaik Mixed Martial Art yang dikirim Pawel Misiek. Tapi yang aku tahu, Little Bear tak mengirimkan gadis untuk melatih orang-orangnya dalam menghadapi pertarungan,” sahut Lukasz.

“Oh, jadi kau menunggu dia?”

“Benar.”

“Kuberitahu sesuatu, orang itu sudah berdiri di depanmu!” kata perempuan itu. Percaya diri.

Lukasz meludah, lalu, “kau akan mengajariku bagaimana memakai bedak dan lipstik, atau menggambar bulu mata dengan pensil untuk menghadapi pertarungan itu nanti?”

Perempuan muda itu mengikat rambutnya dengan gerakan yang cepat, dan kini, ia seperti seorang perempuan yang siap untuk pekerjaan di dapur. Lukasz menahan tawanya.

“Benar.”

“Begini, aku hanya harus menghajar bandit-bandit Cracovia itu untuk kehormatan Wisla. Tentang karate atau kung fu, kurasa aku akan bisa melakukannya sendiri, jika aku sudah marah,” kata Lukasz sambil tersenyum pada Krystyna.

“Kau yakin?” tanya perempuan itu.

Lukasz tersenyum.

“Baiklah, aku tak sabar melihatmu jadi bulan-bulanan,” kata Krystyna sambil membalas senyum Lukasz yang terlihat sombong.

“Mereka yang akan kami lempar ke tempat sampah!” kata Lucasz dengan sengit.

“Aku harap begitu, tapi, entah kenapa ya, aku tak yakin?”

“Kau boleh pamer Martial Art, karate, atau apa pun. Tapi kami ini laki-laki, nona. Laki-laki adalah di mana kekuatan besar yang bisa merubah dunia berada. Jadi, dengan karate atau kungfu sekalipun, kau tetap perempuan. Kami, dengan atau tanpa karate adalah laki-laki. Kami tak butuh apa pun selain musuh untuk dihancurkan,” kata Lukasz.

“Kau bicara tentang kehormatan,” kata Krystyna.

“Kehormatan Wisla, kehormatan laki-laki.”

“Kau benar-benar yakin, hanya dengan marah kau bisa merebut kehormatan itu?”

“Pulanglah, nona. Dunia kami, dunia laki-laki, dunia yang tak akan pernah bisa kau mengerti. Seperti kami yang tak pernah mengerti dunia kalian, para perempuan.”

“Kita lihat apa yang bisa kau lakukan ketika kau merasa marah. Tapi sebelumnya aku perlu tahu, apa yang bisa membuatmu marah. Ah, mungkin ini...majulah, banci!”

“Apa maksudmu?” Lukasz terkejut dengan ucapan perempuan itu. Berani sekali dia. Hanya karena dia menguasai Mixed Martial Art, lantas mencoba bermain-main dengan anggota sebuah firm.

“Ya, majulah, banci! Aku tak sabar untuk menendang bokongmu!”

“Dengar, aku tak bertarung dengan perempuan!”

“Jadi kau benar-benar banci, ya? Apa kau yakin kau pasti bisa menjatuhkan perempuan?”

Lukasz merasa tersinggung, tapi ia memilih untuk pergi meninggalkan Krystyna. Pada saat yang bersamaan, dengan sebuah gerakan tak terduga, Krystyna menghadang langkah Lukasz dengan kakinya. Lukasz yang tak menyangka jelas terkejut dan sangat terlambat menyadari seketika terjatuh dengan keras.

“Apa yang kau lakukan, bodoh?” Lukasz memaki dengan sengit. Krystyna tersenyum sinis membuat Lukasz merasa marah dan bergerak menyerang.

“Aku tak ingin menyakiti perempuan, tapi yang kau lakukan membuatku berubah pikiran,” kata Lukasz sambil menatap tajam.

Ia menyerang perempuan muda itu dengan gerakan menyerang tanpa teknik apa pun kecuali keinginan untuk menghajarnya. Lukasz tak peduli dengan kemampuan bela diri apa pun yang dikuasai perempuan itu. Cepat atau lambat ia akan membuat hidungnya berdarah dan akan berpikir banyak untuk mencoba-coba lagi.

Tapi bukan hidung perempuan muda itu yang berdarah, melainkan kenyataan bahwa Lukasz bahkan tak bisa menyentuh bagian mana pun dari perempuan muda itu. Ia berulangkali terguling ke tanah dan ia kalap karena merasa dipermainkan.

“Aku tak peduli bahkan kalau aku membunuhmu dengan apa saja malam ini!” Lukasz memperbaiki kedua kakinya yang goyah dan gemetar sambil menahan rasa sakit karena berulangkali terguling.

Lukasz menyerang dengan kalap, tapi perempuan ini sungguh pandai berkelit dan justru ia menerima dua kali tendangan pada wajahnya, sekali pada dadanya dan sekali pada pahanya. Hidungnya berdarah dan seluruh tubuhnya terasa sakit. Tapi ia masih mencoba berdiri dan mengatur nafasnya yang berantakan dan membuat dadanya terasa akan pecah.

“Kau masih penasaran?”

Lukasz menahan kemarahannya, dan pada saat yang sama ia sadar bahwa ia tak bisa memaksa. Selagi nafasnya masih segar dan hidungnya belum berdarah ia tak bisa menyentuhnya, apalagi sekarang.

“Baik, aku menyerah,” Lukasz mendekat pada Krystyna dan mengulurkan tangannya. Krystyna menyambutnya dan pada saat itu Lukasz memutar tangan perempuan itu ke posisi yang salah sehingga ia bisa dengan mudah menghajarnya. Ia tak berpikir hal lain kecuali balas mempermalukan perempuan itu. Ia bahkan tak berpikir bahwa Kystyna sudah terbiasa dengan situasi seperti itu dan pengalamannya membuat kewaspadaannya pun terasah.

Maka bukan Krystyna yang bisa ia lumpuhkan, melainkan ia sendiri yang kini posisinya terkunci dengan tangan kanan melingkar ke belakang tubuhnya dalam posisi yang bisa membuat tangannya patah, karena Krystyna bisa berkelit dengan cara yang mengagumkan, tak terduga, dan kini justru berada pada posisi yang bebas untuk menghajarnya dengan mudah.

“Pertarungan tak bisa dimenangkan dengan marah, tak bisa dimenangkan jika kau tak menghormati lawanmu,” kata Krystyna pelan.

“Oke, oke!”

“Ingat, kau akan menghadapi puluhan atau ratusan orang, dan semuanya laki-laki. Di depanmu sekarang ini hanya seorang perempuan, dan kini kau tahu apa yang terjadi padamu!” Krystyna melepas kunciannya pada Lukasz.

Lukasz meringis-ringis kesakitan.

“Aku sebenarnya tak suka dengan kalian para suporter gila, tapi karena Little Bear sungguh-sungguh menghormatiku dan ia sangat menghargaiku, maka aku bersedia membuka latihan untuk orang-orangnya, termasuk memenuhi permintaannya untuk memberi kelas khusus padamu mulai malam ini. Tapi lihat sikapmu tadi, aku seharusnya tak perlu tersinggung, dan bukan masalah jika kau tak mau belajar apa pun dariku, apa pun yang terjadi dalam pertarunganmu nanti juga bukan urusanku. Tapi ketika kau bicara dan aku merasa direndahkan sebagai perempuan, aku terpaksa memberimu sedikit peringatan. Kalau kau tak bisa menerima, kau bisa mengatakannya pada Little Bear, tapi aku tak yakin jika ia akan memilih untuk menghajarku.”

“Aku minta maaf,” Lukasz terduduk dengan wajah memerah.

Krystyna mengulurkan tangannya pada Lukasz yang ragu untuk menyambutnya, ia kemudian menarik Lukasz kembali berdiri.

“Permintaan maafmu kuterima.”

“Apa kau masih mau mengajariku? Sungguh, gerakanmu membuatmu mudah sekali menjatuhkanku. Itu mengagumkan.”

“Aku khawatir kau tak mau karena belajar bela diri dari perempuan.”

“Tidak. Aku akan mengubah cara berpikirku mengenai perempuan. Kurasa kau ini mungkin salah satu dari perempuan hebat di dunia.”

“Baiklah, tapi kuberitahu sesuatu, staminamu itu sungguh payah. Kau mengonsumsi juga narkoba yang kau jual itu?” tanya Krystyna.

“Tidak. Aku tak ingin mati seperti beberapa kawanku. Aku memang menjualnya untuk Little Bear, tapi kau tahu, hanya itu cara mencari uang yang aku bisa sampai saat ini. Suatu hari aku ingin pekerjaan yang lebih baik.”

“Oke, kita bisa mulai sekarang. Waktumu tak banyak bukan? Begini, ini tak akan memberi garansi apa pun untukmu dalam pertarungan nanti. Tapi, kau boleh merasakan sebuah perbedaan ketika kau bertarung dengan menghormati lawanmu. Itu adalah perasaan di mana kau akan berpikir bahwa lawanmu sepadan denganmu dan bisa saja mengalahkanmu. Seperti merendah kedengarannya, tapi itu akan membuatmu terbiasa dengan kewaspadaan, dan kewaspadaan membuatmu ingin memperbaiki diri. Jika kau kalah dalam sebuah pertarungan kau tak akan merasa dendam, tapi kau akan berpikir apa yang belum kau lakukan.”

“Tapi itu pertarungan liar, orang-orang tak akan memikirkan tentang rasa hormat.”

“Benar, tapi kalian mengatakan bahwa yang kalian kejar adalah kehormatan firm, bukan? Nah, bertarunglah, tapi dalam pertarungan apa pun, atau dalam perang apa pun, pemenangnya adalah yang memiliki rasa hormat lebih tinggi. Baiklah, kita mulai sesi kedua.”

“Sesi kedua?” tanya Lukasz.

“Sesi pertama sudah kita lakukan bukan? Kau seharusnya bisa mengambil banyak hal dari sesi pertama tadi.”

“Baiklah, manis. Sesi pertama aku sudah berdarah. Apa aku boleh berkeinginan untuk suatu hari mengalahkanmu?”

“Lakukan saja, jangan banyak bicara!”

------

Pertemuan firm Wisla dengan firm Cracovia dalam ustawka yang sudah disepakati akan berlangsung siang ini. Lukasz merasa dadanya penuh sesak dan ia tak bisa berhenti ingin kencing. Ia terus memikirkan apa yang akan bisa diperbuatnya dalam ustawka nanti. Kadang ia berpikir untuk langsung merangsek dan mendapatkan satu orang untuk dihajarnya, lalu segera melumpuhkannya dan mengejar yang lain. Tapi di waktu berikutnya ia membayangkan seseorang dari firm Cracovia mendapatinya dan menghajarnya sekuat tenaga.

Semakin lama, ia semakin tak yakin akan dirinya dalam pertarungan siang ini. Dan semakin hal itu ia pikirkan, semakin ia merasa ingin kencing. Apakah aku ketakutan? Pikirnya.

Tidak. Tak ada alasan untuk takut. Kehormatan firm lebih penting bahkan dari nyawanya sendiri. Firm telah memberi banyak hal padanya, saatnya ia berbuat hal penting untuk firm. Bukankah, Little Bearsendiri percaya padaku?

Tapi, rasa hormat? Ia teringat apa yang dikatakan Krystyna tentang rasa hormat. Sungguh berbeda dengan cara berpikir anggota firm bahwa semua ini untuk kehormatan firm. Untuk apa hormat pada firm musuh yang setiap saat tak pernah melakukan hal kecuali menghina mereka? Kehormatan adalah jika bisa menginjak mereka sampai mereka meminta ampun dan lari terkencing-kencing.

Di dalam bis yang membawa ia dan puluhan anggota firm Wisla menuju tempat rahasia yang disepakati, Lukasz tak juga bisa menenangkan kegelisahannya. Rasa ingin kencingnya semakin menjadi-jadi dan itu terasa sangat memalukan. Beberapa anggota firm lain tampak sangat siap dan antusias. Mereka saling membicarakan cara mereka menghajar bandit-bandit Cracovia nanti. Ia merasa hanya ia sendiri yang tak bisa bicara dengan santai.

Ini adalah ustawka pertamanya. Beberapa kawannya pernah bercerita pengalaman mereka dalam ustawka pertamanya. Kebanyakan mereka mengatakan bahwa mereka sangat bersemangat, tak ada seorang pun yang bercerita bahwa mereka gelisah dan terus merasa ingin kencing.

Pasti bohong, pikirnya. Dalam sebuah pertarungan seseorang bisa terluka, atau bahkan mati, tapi mereka mengatakan itu seperti menunggu sebuah kencan? Aku tak percaya.

Turun dari bis, perasaan Lukasz semakin menjadi. Perjalanan mereka sekarang adalah perjalanan dengan kaki menuju tempat yang terlindung dari kemungkinan pertarungan ini tercium polisi. Ia berpikir, tempat itu pasti sangat mengerikan.

Anggota firm yang sudah berpengalaman dengan ustawka berjalan paling depan dan Lukasz berjalan tepat di belakang mereka. Ia tak ingin terlihat gelisah, ia ingin terlihat sama antusiasnya dengan mereka, atau bahkan lebih siap dari mereka.

Tapi yang terlihat di depan sungguh membuat kegelisahan Lukasz memuncak. Bandit-bandit Cracovia itu udah menunggu dan Lukasz merasa bahwa mereka jauh lebih banyak dan dalam hitungan beberapa detik kemudian semua seperti tak ingin membuang waktu lagi untuk pertarungan ini. Seruan untuk menyerang terdengar dari kawan-kawan di depannnya dan orang-orang yang telah menunggu mereka.

Rasa hormat adalah... Lukasz tak punya waktu lagi untuk mengingat kata-kata Krystyna, suasana sudah tak terkendali. Ia hanya ingat tentang kewaspadaan dan, buk, buk, buk!

Ia merasa gelap dan setengah sadar. Ia hampir tak ingat apa-apa lagi, bahkan tak ingat jika ia sudah menghabiskan delapan malam sebelum pertarungan ini untuk belajar Mixed Martial Art dari Krystyna dan sedikit menguasai beberapa gerakan dasar.

Ia bangkit dengan susah payah dan seseorang udah siap mengulangi apa yang baru saja dilakukan padanya. Lukasz yang tak siap kembali terjengkang dengan hidung mengucurkan darah. Pukulan kedua ini terasa sangat menyakitkan, tapi justru menyadarkannya bahwa ia tengah berada dalam sebuah pertarungan liar yang tak memberinya waktu untuk menunggu. Ia harus menyerang atau akan berakhir mengerikan.

Kesadaran itu pula yang membangkitkannya kembali. Ia ingat Mixed Martial Art-nya Krystyna yang terlupakan karena ketakutan yang tak diakuinya. Rasanya sulit untuk mencobanya karena pertarungan ini sungguh-sungguh brutal. Tapi ia mulai mencobanya dan berpikir untuk menceritakannya pada Krystyna apa pun yang terjadi nanti. Pasti Krys akan terenyum dengan manis seperti dalam beberapa malam terakhir ini.

Tiba-tiba Lukasz bersemangat ketika selintas senyum Krystyna terbayang. Senyum itu manis.

“Ayo, manis!” kata Lukasz pada seseorang yang menyeringai di depannya, tapi dalam hatinya ia membayangkan sebuah sesi latihan dengan Krystyna.

Cerita ini fiktif, kesamaan nama dan tempat hanya untuk memperkuat cerita.

[1] Kelompok suporter yang mempunyai ikatan kuat satu sama lain dan dengan klub yang didukung

[2] Pertarungan rahasia dua kelompok suporter garis keras di Polandia, pertarungan yang disepakati kedua pihak dengan perjanjian tertentu, semisal penggunaan senjata tajam, dan pemenangnya adalah mereka yang masih tetap berdiri sampai akhir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun