Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ustawka

7 Juni 2016   13:59 Diperbarui: 7 Juni 2016   14:08 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Pulanglah, nona. Dunia kami, dunia laki-laki, dunia yang tak akan pernah bisa kau mengerti. Seperti kami yang tak pernah mengerti dunia kalian, para perempuan.”

“Kita lihat apa yang bisa kau lakukan ketika kau merasa marah. Tapi sebelumnya aku perlu tahu, apa yang bisa membuatmu marah. Ah, mungkin ini...majulah, banci!”

“Apa maksudmu?” Lukasz terkejut dengan ucapan perempuan itu. Berani sekali dia. Hanya karena dia menguasai Mixed Martial Art, lantas mencoba bermain-main dengan anggota sebuah firm.

“Ya, majulah, banci! Aku tak sabar untuk menendang bokongmu!”

“Dengar, aku tak bertarung dengan perempuan!”

“Jadi kau benar-benar banci, ya? Apa kau yakin kau pasti bisa menjatuhkan perempuan?”

Lukasz merasa tersinggung, tapi ia memilih untuk pergi meninggalkan Krystyna. Pada saat yang bersamaan, dengan sebuah gerakan tak terduga, Krystyna menghadang langkah Lukasz dengan kakinya. Lukasz yang tak menyangka jelas terkejut dan sangat terlambat menyadari seketika terjatuh dengan keras.

“Apa yang kau lakukan, bodoh?” Lukasz memaki dengan sengit. Krystyna tersenyum sinis membuat Lukasz merasa marah dan bergerak menyerang.

“Aku tak ingin menyakiti perempuan, tapi yang kau lakukan membuatku berubah pikiran,” kata Lukasz sambil menatap tajam.

Ia menyerang perempuan muda itu dengan gerakan menyerang tanpa teknik apa pun kecuali keinginan untuk menghajarnya. Lukasz tak peduli dengan kemampuan bela diri apa pun yang dikuasai perempuan itu. Cepat atau lambat ia akan membuat hidungnya berdarah dan akan berpikir banyak untuk mencoba-coba lagi.

Tapi bukan hidung perempuan muda itu yang berdarah, melainkan kenyataan bahwa Lukasz bahkan tak bisa menyentuh bagian mana pun dari perempuan muda itu. Ia berulangkali terguling ke tanah dan ia kalap karena merasa dipermainkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun