Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ustawka

7 Juni 2016   13:59 Diperbarui: 7 Juni 2016   14:08 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aku minta maaf,” Lukasz terduduk dengan wajah memerah.

Krystyna mengulurkan tangannya pada Lukasz yang ragu untuk menyambutnya, ia kemudian menarik Lukasz kembali berdiri.

“Permintaan maafmu kuterima.”

“Apa kau masih mau mengajariku? Sungguh, gerakanmu membuatmu mudah sekali menjatuhkanku. Itu mengagumkan.”

“Aku khawatir kau tak mau karena belajar bela diri dari perempuan.”

“Tidak. Aku akan mengubah cara berpikirku mengenai perempuan. Kurasa kau ini mungkin salah satu dari perempuan hebat di dunia.”

“Baiklah, tapi kuberitahu sesuatu, staminamu itu sungguh payah. Kau mengonsumsi juga narkoba yang kau jual itu?” tanya Krystyna.

“Tidak. Aku tak ingin mati seperti beberapa kawanku. Aku memang menjualnya untuk Little Bear, tapi kau tahu, hanya itu cara mencari uang yang aku bisa sampai saat ini. Suatu hari aku ingin pekerjaan yang lebih baik.”

“Oke, kita bisa mulai sekarang. Waktumu tak banyak bukan? Begini, ini tak akan memberi garansi apa pun untukmu dalam pertarungan nanti. Tapi, kau boleh merasakan sebuah perbedaan ketika kau bertarung dengan menghormati lawanmu. Itu adalah perasaan di mana kau akan berpikir bahwa lawanmu sepadan denganmu dan bisa saja mengalahkanmu. Seperti merendah kedengarannya, tapi itu akan membuatmu terbiasa dengan kewaspadaan, dan kewaspadaan membuatmu ingin memperbaiki diri. Jika kau kalah dalam sebuah pertarungan kau tak akan merasa dendam, tapi kau akan berpikir apa yang belum kau lakukan.”

“Tapi itu pertarungan liar, orang-orang tak akan memikirkan tentang rasa hormat.”

“Benar, tapi kalian mengatakan bahwa yang kalian kejar adalah kehormatan firm, bukan? Nah, bertarunglah, tapi dalam pertarungan apa pun, atau dalam perang apa pun, pemenangnya adalah yang memiliki rasa hormat lebih tinggi. Baiklah, kita mulai sesi kedua.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun