Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ustawka

7 Juni 2016   13:59 Diperbarui: 7 Juni 2016   14:08 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aku tak peduli bahkan kalau aku membunuhmu dengan apa saja malam ini!” Lukasz memperbaiki kedua kakinya yang goyah dan gemetar sambil menahan rasa sakit karena berulangkali terguling.

Lukasz menyerang dengan kalap, tapi perempuan ini sungguh pandai berkelit dan justru ia menerima dua kali tendangan pada wajahnya, sekali pada dadanya dan sekali pada pahanya. Hidungnya berdarah dan seluruh tubuhnya terasa sakit. Tapi ia masih mencoba berdiri dan mengatur nafasnya yang berantakan dan membuat dadanya terasa akan pecah.

“Kau masih penasaran?”

Lukasz menahan kemarahannya, dan pada saat yang sama ia sadar bahwa ia tak bisa memaksa. Selagi nafasnya masih segar dan hidungnya belum berdarah ia tak bisa menyentuhnya, apalagi sekarang.

“Baik, aku menyerah,” Lukasz mendekat pada Krystyna dan mengulurkan tangannya. Krystyna menyambutnya dan pada saat itu Lukasz memutar tangan perempuan itu ke posisi yang salah sehingga ia bisa dengan mudah menghajarnya. Ia tak berpikir hal lain kecuali balas mempermalukan perempuan itu. Ia bahkan tak berpikir bahwa Kystyna sudah terbiasa dengan situasi seperti itu dan pengalamannya membuat kewaspadaannya pun terasah.

Maka bukan Krystyna yang bisa ia lumpuhkan, melainkan ia sendiri yang kini posisinya terkunci dengan tangan kanan melingkar ke belakang tubuhnya dalam posisi yang bisa membuat tangannya patah, karena Krystyna bisa berkelit dengan cara yang mengagumkan, tak terduga, dan kini justru berada pada posisi yang bebas untuk menghajarnya dengan mudah.

“Pertarungan tak bisa dimenangkan dengan marah, tak bisa dimenangkan jika kau tak menghormati lawanmu,” kata Krystyna pelan.

“Oke, oke!”

“Ingat, kau akan menghadapi puluhan atau ratusan orang, dan semuanya laki-laki. Di depanmu sekarang ini hanya seorang perempuan, dan kini kau tahu apa yang terjadi padamu!” Krystyna melepas kunciannya pada Lukasz.

Lukasz meringis-ringis kesakitan.

“Aku sebenarnya tak suka dengan kalian para suporter gila, tapi karena Little Bear sungguh-sungguh menghormatiku dan ia sangat menghargaiku, maka aku bersedia membuka latihan untuk orang-orangnya, termasuk memenuhi permintaannya untuk memberi kelas khusus padamu mulai malam ini. Tapi lihat sikapmu tadi, aku seharusnya tak perlu tersinggung, dan bukan masalah jika kau tak mau belajar apa pun dariku, apa pun yang terjadi dalam pertarunganmu nanti juga bukan urusanku. Tapi ketika kau bicara dan aku merasa direndahkan sebagai perempuan, aku terpaksa memberimu sedikit peringatan. Kalau kau tak bisa menerima, kau bisa mengatakannya pada Little Bear, tapi aku tak yakin jika ia akan memilih untuk menghajarku.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun