Satu lagi sore yang cerah. Tak ada yang berbeda. Kicau burung berdendang, nyanyian serangga musim kemarau, mesin kendaraan menderu-deru, tawa dan percakapaan masyarakat, dan... bangku di taman yang diduduki seorang wanita.
Aku mendekat.
“Han... Kau datang.“ Ia menoleh ketika menyadari kehadiranku. “Aku menunggumu.”
Aku diam sejenak sebelum kemudian duduk, seperti biasa. “Hm? Biasanya memang aku datang kok. “
“Hm hm, kau memang selalu datang, di saat orang lain menghindariku. “
“Jangan gombal.” Jawabku datar.
“Kau punya selera humor yang rendah ya?”
Aku mengambil buku dari tas, entah akan benar-benar aku baca atau tidak. “Lupakan.”
Hening mengisi kami berdua. Aku pura-pura membalik-balik halaman buku, padahal konsentrasi tak kunjung ku dapatkan. Selalu menunggu untuk memulai pembicaraan.
“Kau tahu han?” Ia akhirnya yang memulai. “Kemarin aku membaca suatu buku cerita china klasik. Ia menceritakan bagaimana seorang pemuda pergi berkelana meninggalkan rumah untuk mencari kebenaran dan mendapatkan pencerahan. “
Ia menarik napas panjang sebelum melanjutkan.