"Sini kamu maju! Lagipula kamu siapa bisa menyuruhku untuk membunuh kamu dibanding membunuh mereka?!!! Aku bahkan tidak kenal denganmu!! BERANI-BERANINYA!!!" suara tusukan pada tubuh Gree yang sangat memuaskan bagi Nayla itu terdengar seperti sebuah alunan musik yang indah baginya.
"GREEEEEEEEE!!!!!" teriak Marvel yang berhasil membuat seisi rumah penuh dengan teriakan histerisnya.
"Ma-marvel... maafkan aku..." ucap Gree terpatah-terpatah.
"KENAPA KAMU MEMINTA MAAF SIALAN?!!!"
Marvel mengangkat tubuh Gree ke pangkuannya. Marvel menangis namun amarahnya juga tak kalah kuat. Tapi yang bisa Marvel lakukan hanyalah menatap Gree yang sudah terkulai lemas di pangkuannya.
"Marvel... dengarkan aku baik-baik... sebelumnya aku meminta maaf..." ucap Gree terpatah-patah mencoba untuk memberitahu Marvel sesuatu.
"MENGAPA KAMU MEMINTA MAAF, GREE?!!! HARUSNYA AKU YANG MEMINTA MAAF!!!" bentak Marvel yang sudah tidak kuasa menahan air matanya. Air mata Marvel terkucur deras tak terhentikan.
Tio berusaha sendirian untuk melawan Nayla si 'pujaan hatinya' dulu. Tio rela jika harus mati demi memberikan waktu dan ruang untuk Marvel dan Gree berbicara.
"Marvel... ayah dan ibu kandungmu itu sebenarnya... sangat menyayangimu sejak kamu dilahirkan... tidak seharusnya.. kamu.. membenci mereka... dan Tio itu.. sebenarnya.. bukan kakak kandungmu... dia adalah.. anak dari kekasih ayahmu.. sebelum menikah dengan ibumu..."
"Hah? Apa yang kamu katakan?! Jangan berbicara yang aneh-aneh, Gree!"
"Aku.. tidak berbicara yang aneh-aneh.. aku membicarakan fakta..." Marvel terus menangis seraya menatap wajah cantik Gree yang penuh goresan luka dan darah yang mengotori wajah cantiknya itu.