Approachable: Gaya kepemimpinan ini tidak akan efektif jika pemimpinnya "dingin" atau agresif. Anggota tim justru akan segan untuk bekerja sama dengannya, apalagi ketika harus berdiskusi.
Komunikatif: Pemimpin harus bisa berkomunikasi dengan baik, serta jelas dan gamblang agar tidak menimbulkan kebingungan. Keterampilan komunikasi juga termasuk kemampuan untuk mendengarkan.
Bijaksana: Pemimpin harus memiliki empati yang tinggi karena akan berhubungan erat dengan timnya, yang mungkin mencakup semua jenis karakter berbeda. Empati membantu menciptakan lingkungan terbuka yang mendorong kolaborasi.
Open-minded: Pemimpin harus dapat menerima saran, masukan, konsep, dan ide berbeda dengan pandangan yang objektif dan tidak memihak, bahkan jika itu bertentangan dengan apa yang benar dan seharusnya dilakukan. Jika pemimpin tidak bisa menyingkirkan bias, diskusi akan berjalan alot.
Kompeten: Tidak mudah menjadi pemimpin yang harus menampung beragam jenis ide. Mungkin juga akan sulit untuk menjaga diskusi tidak keluar jalur karena semuanya boleh "berbicara". Itu kenapa seorang pemimpin partisipatif haruslah kompeten dan cerdas dalam mengendalikan dan memfasilitasi diskusi, serta dalam cara mereka mendekati dan memanfaatkan ide-ide dari anggota.
Menurut (Habi et al., 2022) kepemimpinan partisipatif berpengaruh positif terhadap kinerja sebesar 55,4 % sementara 44,6 % dipengaruhi oleh faktor lain seperti lingkungan kerja, budaya organisasi dan lain-lain. Hasil ini serupa dengan hasil dari penelitian Hasibuan (2014) bahwa kepemimpinan partisipatif berkekuatan untuk memotivasi bawahannya dengan cara meningkatka motivasi kerja dengan cara yang persuasive sehingga tercipta kerjasama yang serasi antara pemimpin dan bawahan, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi bawahan. Sedangkan menurut (Prasetyo, 2022) dalam penelitiannya menyatakan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif menjadi azas fundamental pimpinan dalam pelaksanaaan sistem pendidikan. Efektivitas implementasi gaya kepemimpian partisipatif mengacu pada beberapa aspek yaitu (1) proses pengambilan keputusan, (2) proses penanganan konflik, (3) strategi komunikasi dalam membentuk lingkungan yang positif. Gaya kepemimpinan ini sangat direkomendasikan dalam kepemimpinan di dunia pendidikan. Karakter kepemimpinan partisipatif merupakan gaya kepemimpinan yang melihat bahwa tiap-tiap individu memiliki kemampuan dan kekuasaan yang setara dalam proses pengambilan keputusan bersama, hal ini terlepas dari posisi individu tersebut dalam organisasi.
Pemilihan presiden 2024 merupakan moment yang krusial bagi bangsa Indonesia, dimana dibawah kepemimpinan presiden saat ini banyak sekali perubahan yang telah terjadi dan mempengaruhi kondisi baik sosial, ekonomi dan politik. Sehingga pemilu 2024 seolah menjadi secercah harapan bagi masyarakat untuk dapat memperbaiki kondisi-kondisi dan isu sosial yang ada saat ini. Gaya kepemimpinan partisipatif tentunya sangat diharapkan dapat diterapkan kedepannya sehingga pengambilan-pengambilan keputusan dapat lebih adil dan merata bagi seluruh masyarakat.
Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dibahas mengenai sepak terjang Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden yang dapat menjadi contoh dalam keberhasilan kepemimpinan partisipatif di Indonesia. kemudian menganalisis langkah-langkah yang telah dilakukan Anies Baswedan sebagai mantan Gubernur DKI Jakarta untuk mencapai keberhasilan kepemimpinan partisipatif di tingkat lokal. Dalam penelitian ini juga akan di eksplorasi faktor-faktor yang mendukung keberhasilan kepemimpinan partisipatif di Indonesia, termasuk faktor budaya, struktural, dan politik. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan Systematic Literature Review (SLR) dari beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik ini.
Metode PenelitianÂ
Metode penelitian terkait Kunci Keberhasilan Kepemimpinan Partisipatif di Indonesia pada Pemilihan Presiden 2024: Menilik Sepak Terjang Anies Baswedan sebagai Bakal Calon Presiden yang kami gunakan adalah dengan melakukan Systematic Literature Review (SLR).
Systematic Literature Review (SLR) adalah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk menyusun, menyaring, dan mengintegrasikan secara sistematis hasil-hasil penelitian yang ada dalam suatu bidang tertentu untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan dengan cara yang transparan, sistematik, dan objektif. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengevaluasi, dan mensintesis bukti-bukti ilmiah yang telah diterbitkan sebelumnya tentang suatu topik penelitian tertentu.