Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kita Semua Sama dan Bersaudara

13 September 2018   08:09 Diperbarui: 13 September 2018   08:15 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

"Sante aja mas, enggak pernah ada cerita pendonor mati gara-gara donorin darahnya."

 

Mendengar hal itu, Adi ingin sekali tertawa, namun dia urungkan karena sedang melakukan donor. Arel dari tadi hanya melongo dan bingung, dalam benaknya berkata:

 

"Katanya mau beliin jajan, kok malah donorin darah?"

 

Pertanyaan itulah yang terlintas dalam benak Arel yang tidak mau dia tanyakan kepada kakaknya. Kira-kira 15 menit kemudian, pertanyaan itu terjawab. Saat selesai mendonorkan darah, dan jarum dari lengan Adi telah terambil,  tiba-tiba petugas mengeluarkan bungkusan plastik kepadanya, lalu dia memberikan bungkusan tersebut kepada si adik yang melongo. Ketika Arel buka, setidaknya ada 6 macam jajan yang berbeda. Ada coklat, wafer, kue, roti, kacang dan sebotol minuman berukuran sedang.

 

Mata Arel berkaca-kaca, tidak menyangka kakaknya berbuat sedemikian banyak pengorbanan hanya untuk dirinya. Arel memang masih terlalu dini untuk diajari makna berbagi untuk sesama, tapi pada hari, jam, menit, dan detik itu dia paham bahwa untuk membuat orang lain senang tidak harus dengan uang, tapi cukup dengan pengorbanan. Ya pengorbanan. Tidak ada kata yang lebih indah dari itu. Arel tidak kuat lagi membendung air matanya, saat itu juga dia menumpahkan tangisan dalan dekapan sang kakak. Adi memeluk adiknya dengan tersenyum, dia membelai kepala adiknya dengan penuh kasih sayang. Seluruh petugas yang ada di dalam ruangan itu terheran-heran melihat Adi dan adiknya berpelukan sambil menangis.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun