Ketika dia berusia 18 tahun, dia meninggalkan Baba al-Samasi dan dengan cepat dikagumi. Kemudian pada saat itu beliau fokus pada informasi tentang ajakan dari seorang Qutb di Nasaf, khususnya Amir Sayyid Kulal al-Bukhari (Sri Mulyati, Sadar dan Memahami Ajakan Mutabaroh di Indonesia... p. 89 6). Di sinilah dia pertama kali mengetahui tentang aliansi yang dia buat.
4. Tarekat Khalwatiyah
      Khalwatiyah di Indonesia dianut secara luas oleh keluarga Bugis dan Makassar pada tahun ketujuh belas, Syekh Yusuf alMakasari al-Khalwati (tabaruk) berperang melawan Muhammad (Nur) al-Khalwati alKhawa Rizmi yang masih sangat dihormati hingga saat ini.
       Saat ini ada dua bagian berbeda dalam pertemuan ini yang hidup berdampingan. Keduanya dikenal dengan Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Khalwatiyah Samman. Penggemar kedua bagian acara sosial ini menyapa 5% dari semua orang yang berusia di atas 15 tahun.
5. Tarekat Syattariyyah
      Di dirikan oleh Syaikh Abd Allah al-Syaththari, seorang imam yang sebenarnya mempunyai ikatan keluarga dengan Syihab al-Noise Abu Hafsh, Umar Suhrawardi, pada mulanya tarekat ini lebih dikenal di Iran dan Transoxiana (Asia Tengah) dengan nama Insyiqiah, sedangkan di wilayah Ottoman ajakan ini disebut dengan Bistamiyah.
      Nama Abu Yazid Al-Isyqi yang dipandang sebagai tokoh utama merupakan awal dari kedua nama tersebut. Tarekat ini sekali lagi, tidak percaya bahwa itu adalah perkumpulan sufi yang diciptakannya. Jemaat-jemaat ini dipandang sebagai pertemuan yang berbeda dengan keyakinan dan praktik yang berbeda.
      Syatar yang berasal dari kata Syatara yang berarti terbelah dua dan mempunyai segala ciri-cirinya bahwa perpecahan dari keadaan saat ini adalah sebuah kalimat tauhid yang dihayati dalam pengukuhan nafi itsbat, La ila (nafi) dan ilaha (itsbat ).
      Hal ini terlebih lagi merupakan penegasan dari sang guru mengenai tingkat signifikansi yang telah dicapainya, yang kemudian membuatnya memenuhi syarat untuk menyandang gelar dan wewenang terhormat sebagai washitah (mursyid).
      Namun Abdullah Asy-Syatar diusir dari India oleh gurunya karena pendakian permintaan Isyqiyah gagal memenuhi bangsanya dan yang mengejutkan lolos karena pendakian permintaan Naqsybandiyah. Pertama dia tinggal di Jawnpur, kemudian pindah ke Mondu, sebuah kota Muslim di daerah Malwa (Multan).
      Dia ternyata terkenal dan efektif dalam membina hubungannya di India.Tidak diketahui apakah pembedaan otak Tarekat Isyqiyah yang pertama kali ia ikuti ke dalam Tarekat Syattariyah merupakan hasil kelegaannya sendiri karena berharap bisa menemukan tarekat baru yang dimulai dari awal kemunculannya di India atau justru mempe  rtimbangkannya. bantuan murid-muridnya. Dia tinggal di India selama sisa hidupnya (1428).