Muhammad al-Aqqas mengklaim bahwa tasawuf merupakan ajaran yang benar karena berlandaskan ayat-ayat Al-Qur'an dan bersumber dari Islam. Martin Van Bruiness mengarahkan penelitian yang mengungkapkan bahwa tarekat suatu naluri yang ada sebelum pada abad ke-8 H/14, yang menyiratkan bahwa tarekat adalah ajaran lain yang tidak ada dalam Pelajaran iIslam yang pertama. Sekalipun demikian, dengan asumsi kita menelusuri secara menyeluruh dari atas ke bawah secara kebetulan, pelajaran-pelajaran utama tersebut memiliki akar yang kuat yang kembali ke Nabi Muhammad SAW.
   Kata tarekat yang dalam arti sebenarnya bermakna jalan, menyinggung suatu rangkaian renungan amalan yang tiada habisnya (muroqobah, dzikir wirid, dan lain-lain) yang dikaitkan dengan kiprah para pendidik sufi dan perkumpulan yang tumbuh di sekitar strategi sufi. Dalam pembahasan sejarah perkembangan tarekat ini terbagi menjadi 4 periode mengapa periodisasi ini dimulai dari seratus tahun pertama Hijriah? Kajian pada masa lalu menunjukkan bahwa para Sahabat dan Tabi'in merupakan pengikut tasawuf yang pertama. tidak muncul pada jaman Nabi Muhammad SAW. Hal ini karena cara berperilaku umat islam masih sepenuhnya mantap, beragama belum terlaksana dengan baik, bahkan pola hidup mereka masih jauh dari gaya hidup logika, realisme dan kepuasan. (M. Alfatih, 2008: 23).
           Â
  1) Periode Pertama (ratusan tahun pertama dan kedua Hijriyah)                   Â
            Perkembangan tasawuf saat ini muncul sebagai bentuk kekhawatiran  terhadap perubahan pola pikir masyarakat sekitar saat itu. Kondisi sosial dan ekonomi mengalami pergeseran yang signifikan pada abad pertama. Hijriyah, menyusul Nabi SAW dan para sahabat. Dalam permasalahan yang mendalam, individu membahas filsafat agama dan definisi syariah
            Kondisi ini tergambar dari membaiknya budaya gratifikasi di mata masyarakat. Para tokoh sufi mengamati bahwa gaya hidup masyarakat mulai mengunggulkan kemewahan pada masa itu. Perkembangan tasawuf yang dimotori oleh para sahabat, tabi'in dan tabi'tabi'in, secara konsisten membantu mereka mengingat inti kehidupan, dan berupaya menanamkan rasa cinta dan mengambil landasan dasar  hidup atau kepolosan (M. Alfatih , 2008: 24).
            Berdasarkan data di atas, ternyata hikmah tasawuf pada masa-masa awal mempunyai unsur etis, yaitu pembinaan akhlak dan mental yang khusus dalam rangka membersihkan jiwa dan raga dari pengaruh-pengaruh  umum (Asmaran As, 1994: 249).
2) Periode Kedua (abad ke-3 dan ke-4 H)Â
   Pada periode ini pembelajaran tasawuf memasuki tahapan lain. Pelajaran tasawuf pada periode ini tidak hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa moral saja, seperti yang dididik oleh kaum Zahid pada periode primer. Dalam pandangan Hamka, pada abad ketiga dan keempat, kajian tasawuf telah melahirkan dan memperlihatkan pokok-pokoknya yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kajian tentang ruh, kajian tentang etika, dan kajian tentang hal-hal yang luar biasa.
   Penghalusan rasa yang menjadi fokus pada ratusan tahun pertama dan kedua telah meningkatkan pemeriksaan terhadap tiga bagian informasi tersebut, yang telah memenuhi seluruh kehidupan sufi. Menurut Abubakar Atjeh, jika pada abad kedua ajaran tasawuf lebih menekankan pada penghematan, maka pada abad ketiga orang mulai membahas wulus dan ittihad dengan Tuhan.