Mohon tunggu...
Abdul AzizArifin
Abdul AzizArifin Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Meraih Mimpi Menggapai Asa

4 Maret 2022   06:28 Diperbarui: 4 Maret 2022   06:30 2781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

kalau ibu kita Doktor, maka kita anak-anaknya ya minimal harus punya gelar yang sama. Tapi, kata ibu... kita semua punya cara yang berbeda dalam menjalani hidup. Kita boleh memilih kuliah dimanapun sesuai keinginan kita."
Mahdi menunduk. Dia tampaknya masih merasa ada beban dalam hatinya.
"Sudahlah, sekarang ini saatnya kamu belajar maksimal. Tapi, teteh lihat kamu cukup hebat juga lho. Coba lihat, aku yang sekarang ini kuliah di ITB, belum bisa menghasilkan uang. Sedangkan kamu? Kamu kan pinter jualan. Duit kamu jauh lebih banyak daripada Aa dan teteh. Mungkin bakatmu bukan seperti aku, tapi... jadi diri sendiri itu jauh lebih baik."
"Terus, aku harus bagaimana sekarang?" kembali, Mahdi bertanya penasaran.
"Terus apanya? Iiih, kamu kan sore ini harus jemput Rozan. Ayo, jemput dia dulu. Ibu masih dikantor. Nanti malam kita bicarakan lagi ya." Aku menutup obrolanku dengan Mahdi. Ya, si pawang ular ini sudah tumbuh dewasa. Adikku ini sangat bisa diandalkan oleh aku dan Ibu, karena dia mau mengantar kami kemana

saja  denganmotornya  dantidakpernahterdengar keluhan dari mulutnya.
*****
Waktu sepertinya cepat berlalu. Sibuknya jadwal kuliah dan kegiatan membuat robot yang aku tekuni bareng teman-teman di Unit Robotika ITB membuat hari berlalu sangat cepat. Hampir setiap hari, aku baru bisa pulang larut malam karena menyiapkan lomba robotika.
Semua kesibukan ini membuat kebersamaanku dengan keluarga semakin berkurang. Tetapi, dengan kesibukan kami yang padat, maka pada hari Sabtu dan Minggu menjadi hari bersama bagi kami. Aku, Aa, Mahdi dan si bontot Rozan sering berkumpul di kamar ibu untuk ngobrol atau sekedar makan cemilan bersama.
Bagi kami, setiap langkah adalah waktu yang tepat untuk berkarya dan menggapai mimpi-mimpi  besar. Saat aku tanya ibu, tentang apa yang menjadi mimpi terbesarnya? Jawabnya sederhana, "Ibu ingin melihat anak-anak sukses hidup di dunia dan akhirat, sehingga ibu bisa menghadap Allah dengan senyum bahagia."

Ya, saat ini kami sekeluarga sedang melangkah dengan mimpinya masing-masing dan berjuang mewujudkan mimpi. Semoga...
*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun