Mohon tunggu...
Arung Wardhana Ellhafifie
Arung Wardhana Ellhafifie Mohon Tunggu... Sutradara film -

Buku Terbarunya Tubuh-Tubuh Tompang Tresna (dan 7 lakon lainnya); (bitread, 2017), Gidher (Ladang Pustaka, 2017), Gambir (bitread, 2017), kumpulan puisi tunggal ; Mancok (Pustaka Ranggon, 2018), Mampus (Pustaka Ranggon, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Drama

Laknat

10 Februari 2016   20:14 Diperbarui: 10 Februari 2016   20:22 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SESEORANG:        Dia tak kunjung datang, atau mungkin sedang tidur, atau mungkin sedang lelah, atau mungkin sedang mengalah, atau mungkin tak pernah mau datang memimpin sidang, sidang yang sedang aku tunggu, sidang yang sedang aku impikan, sidang yang sedang di nantikan semua orang, atau mungkin dia sudah bosan, karena kita selalu memanggilnya, atau mungkin tak mau mendengar lagi, atau mungkin pura-pura tuli, dan bisu, atau mugkin tak bisa membaca atau tak bisa menulis. (TERDIAM SEJENAK) Tidak, tidak, pasti dia bisa membaca, pasti dia bisa menulis, pasti dia tidak tuli, pasti dia bisa bicara, kalau tidak bisa  bicara, mana mungkin aku bisa menulis dan membaca, mana mungkin aku bisa bicara dan mendengar. Ya, betul, dia pasti datang. Tidak, tidak, dia tidak akan datang. Bedebah, kalau bukan hari ini, kapan dia mau datang, apakah menunggu setiap orang menangis? Apakah menunggu setiap bayi yang lahir kehilangan Ibunya, atau menunggu setiap bayi yang tumbuh kehilangan Bapaknya, atau menunggu setiap anak tak memiliki Bapak dan Ibu, atau menunggu sidang di serang, atau menunggu ruang sidang sepi, senyap, hilang dan lekang oleh waktu, padahal dia harus memimpinnya, padahal dia harus mengetuk palu, padahal dia harus merubah keputusan, padahal dia harus mendengar suara-suara yang mati, padahal dia harus mendengar lonceng berbunyi, padahal dia harus mendengar kokok ayam, padahal dia harus mendengar lolongan anjing, padahal dia harus mendengar saat aku membela, padahal dia harus merubah catatannya, catatan sebuah takdir, mereka harus di percepat, mereka harus di persingkat, mereka harus di percepat, mereka harus di persingkat, mereka harus di percepat, mereka harus di persingkat, mereka harus di percepat, mereka harus di persingkat.

LAMA KELAMAAN SESEORANG PEMBAWA OBOR MENGHILANG DI TENGAH SUARANYA YANG MASIH TERUS MENGGEMA, SEPERTI MANTRA.

 

11

SUARA KOKOK AYAM SALING BERSAHUTAN, ANTARA SATU SAMA LAINNYA MENIMBULKAN EFEK BUNYI YANG INDAH.

 

12

SEKETIKA TERDENGAR SUARA TEMBANG.

 

TEMBANG   :         Bedeh langgek, bedeh bumeh, bedeh pangeran, bedeh manossah, bedeh seh bender, bedeh seh sala, bedeh reng odi’, bedeh reng mateh, bedeh neng attas, bedeh neng bebe, bedeh roma, bedeh tanean, nekaepon, mayok junjung sampek tengkat paleng teggih.           (Ada langit, ada bumi, ada Tuhan, ada manusia, ada yang benar, ada yang salah, ada yang hidup, ada yang mati, ada yang di atas, ada yang di bawah, ada rumah, ada tanah lapang, ayo junjung sampai tingkat paling tinggi).

 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun