SESEORANG: Seharusnya mereka memahami kalau di sini, ada Buju’ yang selalu kita datangi setiap malam jum’at, bahkan ada di antara kita mendatangi setiap hari, kita selalu bertegur sapa dengan Tuhan, saling bercanda ria, dan saling curhat.
SESEORANG: Mereka keterlaluan, padahal kita sudah jelaskan alasannya, tapi mereka terus memaksa, bahkan kita di katakan sekumpulan orang yang kurang kerjaan, hanya mendatangi makam, dan berdo’a, katanya lebih baik bersenang-senang, ketimbang bertemu Tuhan.
SESEORANG: Keparat!
SESEORANG: Laknat!
SESEORANG: Lalu apa yang harus kita lakukan?
SESEORANG: (SALING MEMANDANG) Kalau mereka tetap memaksa?
SESEORANG: Ya.
SESEORANG: Kita bunuh mereka.
SESEORANG: (KEMBALI SALING MEMANDANG, ADA JUGA YANG SANGAT KAGET)Â Bunuh?
SESEORANG: Ya, kita perang, kita tikam mereka, Cacca tabu’eh tong settong!!!
SESEORANG: Setuju, kita bunuh, bunuh dan bunuh. (MENDADAK TERDIAM, SALING MEMANDANG) Kenapa? Takut mati? Takut mati karena membela buju’? Takut karena mau bertemu Tuhan? Kita akan mati di agungkan, kita akan mati sebagai yang agung, karena memakmurkan mereka yang lebih dulu mendahului kita, kita selalu berdo’a di sini, agar kita selalu di pertemukan dengan Tuhan dan utusannya.