Lelah sudah rasanya, penyiksaan demi penyiksaan mencabik hati dan raganya sejak ia terlahir di dunia ini.
Dari kecil ia tidak diterima oleh ibunya, hingga ayah selalu mengirimnya ke pesantren agar terbebas dari siksaan sang ibu. Tak lama di pesantren, ia mendengar kabar kematian ayahnya, ia tidak sempat menghadiri pemakaman sang ayah karena permintaan ayahnya, Sang Ayah tidak ingin Varhan keluar dari pesantren sebelum menginjak umur 18 tahun.
Dan setelah keluar dari pesantren ia harus melihat pemandangan pembantaian yang dilakukan oleh kakak tirinya. Bahkan ia termasuk salah satu korban.
"Beneran udah Gila nih tai" Ucap seseorang dari arah pintu.
"Oi bocah gak apapa lo?" Orang itu menghampiri Varhan.
"Kau siapa lagi!? Mau apa hah!? YaAllah!" Mental Varhan benar-benar kacau.
"Duh galak benner, maaf ya" Ucap orang itu sebelum memukul tengkuk Varhan dengan gagang pistol. Varhanpun jatuh pingsan.
Beberapa saat kemudian Varhan kembali sadarkan diri tapi sekarang ia berada di tempat yang berbeda.
Varhan memerhatikan sekelilingnya, tempat itu penuh dengan gambar random hitam putih.
"Tengkorak" Varhan membaca tulisan besar di tembok.
"Yoi, elo lagi di markas Tengkorak" Ucap seseorang dari belakang Varhan.