Penindasan dan kebengisan kolonialisme menimbulkan gejolak gejolak dan pertumpahan darah sepanjang abad 19 dan 20 yang tak pernah terjadi semassif ini dan memakan korban jutaan dalam sejarah dunia.
Perang terjadi antara penjajah dengan rakyat negara negara terjajah. Antara negara kolonial pun terlibat persengketaan yang berujung pada perang dunia. Kemudian pertentangan semakin marak ketika ideologi komunis tumbuh dan berkembang di Rusia dan menunjukkan dirinya sebagai musuh dari kapitalisme.
Pertentangan diatas akhirnya berujung great depresian pada tahun 1929 bursa saham hancur dan uang menjadi tidak bernilai. Karena orang harus membeli sebuah roti kecil dengan segerobak uang.
Perekonomian dunia terpuruk, pengangguran terjadi dimana. Kondisi ini kemudian memunculkan pemikiran baru tentang ekonomi, yaitu keynesian. Atau konsep negara kesejahteraan (welfare state).
Paham ini bertolak belakang dengan prinsip laises faire, yaitu menghendaki adanya campur tangan pemerintah dalam bentuk investasi dan fiskal untuk mencapai full employment dan menaikkan permintaan agregat.
Menjelang awal tahun 80-an negara negara indrustri pemenang perang dunia kedua seperti Amerika dan Inggris yang telah memiliki banyak perusahaan diseluruh dunia terutama didunia ketiga, ingin membangkitkan kembali paham liberalisme ini namun dalam bentuk yang lain yaitu konsep perdagangan bebas, ekspansi modal dan globalisasi.
Inilah yang kemudian disebut neoliberalisme. Presiden Reagan dari Amerika dan Margaret Tatcher dari Inggris dianggap sebagai “icon” pertama gagasan minimalisasi peran negara dalam lapangan ekonomi.
Tetapi anehnya yang di haruskan menjalankan gagasan ini adalah negara negara dunia ketiga, sedang negara negara kaya, seperti AS, Jerman, Prancis, Jepang, dan Belanda tidak ada yang mempraktekannya dalam skala yang sama.
Tujuan semua itu jelas agar negara kaya dengan segala kekuatan ekonomi, militer dan media massa bisa bebas memeras seluruh kekayaan alam dan pasar negara dunia ketiga tanpa ada hambatan hukum lokal.
Untuk memuluskan agenda diatas tindakan militer dianggap terlalu riskan sehingga yang umum dilakukan adalah mulai dari tekanan politik, media massa, intervensi militer, rekayasa ekonomi.
Semua itu di mulai dengan apa yang disebut“utang luar negri”. Melalui badan yang disebut IMF mereka mendiktekan keinginannya kepada negara dunia melalui LOI (letter of intent). Pada umumnya LOI berisi beberapa hal utama: