Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Taulolonna Gowa

18 Februari 2018   16:41 Diperbarui: 22 Februari 2018   14:02 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau sempat kenalan? Apa dia tidak pingsan melihat kau?"

"Wow... bukan lagi sempat kenalan. Malah makan bakso sama-sama, dan besok saya akan ke rumahnya. Sudah janjian, kok."

"Nekat juga kau cari penyakit? Anak itu sangat, bahkan terlalu dikekang. Di rumahnya dia serba diatur. Makanya sikapnya itu terlalu polos dan kaku."

"Ah. Tidak juga."

"Ya, lihat saja nanti."

Rais tidak yakin akan kemampuan Inal. Dan diam-diam dia berdoa, seandainya Inal betul akan ke rumah gadis itu, semoga Tuhan melindunginya dari introgasi yang super ketat dari nenek Melani yang terkenal feodal dan masih kolot. Temannya itu memang sudah lama memendam perasaannya. Mudah-mudahan kali ini obsesinya akan tercapai dan dia juga akan melihat keceriaan temannya itu manakala ngomong soal pacar.

********

Inal akan membuktikan kata-katanya pada Melani tempo hari di cafe. Di pilihnya waktu yang tepat. Malam Minggu. Ketika dia menginjakkan kakinya di pekarangan rumah Melani, dia berpapasan dengan cowok yang nampaknya baru saja bertemu. Penampilannya parlente. Cowok itu berusaha tersenyum padanya tapi begitu hambar. Ada kemuraman di wajahnya. Jakunnya bergerak terlalu cepat. Seperti menelan air liurnya yang terasa pahit.

Cowok itu sudah berlalu.

Ditekannya dada yang berdegup sekuat kemampuannya. Inal berusaha duduk sesopan mungkin. Inal rasanya hampir tak percaya bahwasanya sekarang dia duduk di ruang tamu Melani. Tapi nyalinya sedikit ciut tatkala di hadapannya ada wajah angker seorang perempuan tua yang selalu mengawasinya dengan seksama. Mungkin ini neneknya yang terkenal sangar itu yang sering diceritakan Rais, pikirnya.

Inal tak pernah mendapat kesempatan ngomong pada Melani yang duduk di samping neneknya itu. Dia ditanyai macam-macam. Mulai dari status, latar belakang keluarga, sampai kepada maksud dan tujuannya datang bertamu. Ada bagusnya sebenarnya, dan Inal merasa senang. Hal ini mengingatkannya pada tes wawancara tempo hari ketika dia mengikuti lomba mahasiswa berprestasi. Dia ngomong apa adanya dengan hati-hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun