"He," katanya terheran-heran, "Kau tahu nama saya dari mana?"
"Banyak orang yang memberitahukan pada saya."
"Untuk apa mereka memberitahukan nama saya kepadamu?"
"Karena saya menanyakannya."
"Kau menanyakan nama saya?" Melani menatap mata kelam di hadapannya dengan bingung. "Untuk apa?"
"Karena saya ingin tahu," jawab Inal sambil berusaha menahan tawa. Siapa sih yang tidak kenal Melani, gadis manis 'Taulolonna Gowa' ini.
"Kenapa kau ingin tahu nama saya?" Melani tak habis mengerti.
Kali ini Inal tak sanggup menahan diri. Dia berhenti makan. Tawanya meledak sampai membuat Melani terkejut. Tuhan, mengapa masih ada manusia sepolos dia? Atau gadis kecil ini memang betul-betul bodoh? Kalau dia bodoh kenapa justru dia yang terpilih sebagai 'Taulolonna Gowa' menyingkirkan peserta lainnya? Apakah tinggi rendahnya IQ bukan merupakan kriteria penilaian? Sekuat daya Inal menghentikan tawanya.
"Kau belum menjawab pertanyaan saya," sergah Melani di tengah keasyikannya menikmati bakso.
Inal terbatuk sesaat, kemudian meneguk air minumnya. Ditatapnya mata bening di hadapannya lekat-lekat, dengan segenap perasaan. "Karena kau gadis yang sangat menarik," kata Inal hati-hati.
Suasana cafe milik Daeng Amir agak sepi. Beberapa anak muda nampak ngopi di sudut cafe itu.