Daeng Amir tersenyum saja melihat tingkah Inal sambil berkata. "Kok ditinggal sedirian. Hati-hati lho nanti dirampas orang lain."
Inal tersenyum lagi.
Melani mengangkat alisnya. Tiba-tiba saja ingatannya menjadi jernih. Diperhatikannya cowok itu dengan seksama. Kemudian dia merasa yakin bahwa pemuda yang sudah berada diseberang jalan menuju rumah Rais itu adalah Zainal Tahir, si mesterius' yang membuatnya sangat penasaran akhir-akhir ini.
********
''Kau brengsek!" gerutu Rais ketika Inal baru saja memasuki pintu. Inal menatap heran. "Kau bilang mau datang jam sebelas, sekarang jam dua belas. Dari tadi saya tunggu kau tak muncul. Terpaksa hari ini kita bolos lagi kuliah!"
Inal tergelak.
"Jangan tertawa, Nal! Kau pikir saya tak marah menunggu sekian lama macam orang bego?"
"Kau sering telat, dan saya sering menunggu kau sekian jam, tapi sekali kau tunggu saya sekian menit, kau kalap!" jawab Inal di sela tawanya.
"Satu jam bukan waktu yang singkat untuk menunggu, Bung!" sergah Rais jengkel.
"Maaf deh, Is. Saya bertemu Melani di jalan."
Sesaat Rais ternganga, kemudian menghempaskan napasnya kuat-kuat.