"Siap, Pak! Saya Harun, maafkan saya asal masuk ke dalam gudang."
"Kamu tahu ini masalah besar? Kamu merugikan banyak orang. Ini masalah pertama di tahun ajaran ini. Jangan sampai kau melakukan masalah lagi. Paham?!"
"Siap salah, Pak! Saya siap menerima hukuman!"
Harun dimaafkan dan dipersilakan untuk beristitrahat. Saat membuka pintu kamar, sembilan pasang mata menatap tajam Harun, ternyata perbuatannya sampai merugikan teman-teman sekamarnya. Keesokan harinya ada pelatihan materi baris-berbaris, tiga kelompok termasuk Harun berkumpul di lapangan. Mereka sampai berjemur di lapangan tiga jam lamanya.
"Baiklah, materi baris-berbaris hari ini telah selesai. Silakan setelah ini kalian istirahat dan dilanjutkan materi berikutnya!" ucap pembimbing PETA mengakhiri kegiatan.
"Dan untuk Harun, tetap di lapangan," sambungnya. Harun kesal tak jadi istirahat. Semua barisan bubar, hanya Harun yang tersisa. Karena kesalahan Harun semalam, dia mendapat hukuman untuk memindahkan karung berisikan pasir untuk dibuat benteng pertahanan. Harun melaksanakan saja walau tak suka dan terpaksa. Satu-persatu karung berat dipindahkan hingga Harun kelelahan. Akhirnya banteng selesai, Harun pun dimaafkan para pembimbing secara total, dia dipersilakan beristirahat dengan waktu yang sudah terpotong. Seluruh tubuh Harun terasa sakit.
Bruk!
Dia berjalan sampai tak memerhatikan batu besar dihadapannya, dia tersandung batu itu sampai terjatuh. Â
"Sial!" umpatnya dalam hati. Dia kesal dan benci pada diri sendiri setelah apa yang dia lakukan. Saat Harun mengangkat kepala, uluran tangan seseorang berada dihadapannya.
"Kau Harun ya?" tanyanya.
Harun bingung dan hanya menjawab, "Iya."