14. Lengkuas (Alpinia galanga L.)
Masyarakat Desa Bingkawan memanfaatkan rimpang lengkuas sebagai obat demam. Handajani dan Purwoko (2008) pada penelitiannya menyatakan rimpang lengkuas digunakan secara tradisional untuk obat penyakit panu, kadas,bronkitis, dan reumatik. Senyawa kimia utama lengkuas adalah minyak atsiri yang tersusun atas eugenol, seskuiterpen, pinen, metil-sinamat, kaemferida, galangan, dan galangol.
15. Pala (Myristica fragrans)
Masyarakat Desa Bingkawan memanfaatkan buah pala sebagai obat memar (darah beku). Nurdjannah (2007) menyatakan pala berguna untuk
mengurangi flatulensi, meningkatkan daya cerna, mengobati diare dan mual. Pala juga dapat mengobati desentri, maag, menghentikan muntah, mulas, perut kembung, serta obat rematik. Komponen dalam biji pala terdiri dari minyak atsiri, minyak lemak, protein, selulosa, pentosan, pati, resin dan mineral.
16. Pegagan (Centella asiatica)
Masyarakat Desa Bingkawan memanfaatkan daun pegagan sebagai obat asam urat, luka dalam, dan sariawan. Kartasapoetra (1992) pada penelitiannya menyatakan tumbuhan pegagan memiliki khasiat obat. Pegagan dapat digunakan untuk mengobati penyakit sariawan, asam urat, amara (menambah nafsu makan), astringensia, dan sebagai tonikum.
17. Pepaya (Carica papaya L.)
Masyarakat Desa Bingkawan memanfaatkan daun pepaya sebagai obat batuk, demam, dan darah tinggi. Safriyadi dkk. (2017) pada penelitiannya
menyatakan tanaman pepaya dimanfaatkan sebagai obat penurun darah tinggi. Bagian yang dimanfaatkan adalah daunnya. Cara pengolahannya adalah dengan merebus daun pepaya tersebut.
18. Pinang (Areca catechu L.)
Masyarakat Desa Bingkawan memanfaatkan daun dan buah pinang sebagai obat sakit pinggang dan luka. Barlina (2007) pada penelitiannya menyatakan biji pinang dapat mengobati cacingan, perut kembung akibat gangguan pencernaan, bengkak karena retensi cairan (edema), rasa penuh di dada, luka, batuk berdahak, diare, terlambat haid, keputihan, beri-beri, dan malaria.
19. Pugun Tanoh (Picria fel-terrae Lour.)