8. Kacibeling (Strobilanthes crispus L.)
Masyarakat Desa Bingkawan memanfaatkan daun keji beling sebagai obat sakit pinggang dan maag (lambung). Artanti dan Fatimah (2017) pada penelitiannya menyatakan daun keji beling (Strobilanthes crispus) memiliki kandungan polifenol, saponin, alkaloid, kalium dan kalsium. Daun keji beli juga memiliki kandungan kumarin, flavonoid, dan sterol sehingga bermanfaat sebagai bahan obat.
9. Katarak (Isotoma longiflora L.)
Masyarakat Desa Bingkawan memanfaatkan daun kitolod sebagai obat sakit mata dan sakit gigi. Hapsari (2016) pada penelitiannya menyatakan tanaman kitolod memiliki khasiat sebagai obat mengatasi gangguan mata seperti katarak, mata minus serta mengobati kebutaan yang disebabkan karena glaukoma, asma, sifilis, antivirus, dan antibakteri. Daun kitolod memiliki kandungan senyawa alkaloid, saponin, flavonoida, dan polifenol.
10. Kayu Putih (Melaleuca leucadendron)
Masyarakat Desa Bingkawan memanfaatkan daun kayu putih sebagai obat masuk angin dan gatal-gatal. Hariana (2009) menyatakan daun kayu putih
berkhasiat untuk menghilangkan bengkak dan nyeri (analgetika). Khasiat lain dari daun kayu putih adalah untuk obat radang usus, diare, reumatik, asma, radang kulit ekzema, insomnia dan sakit kepala. Pengobatan dapat dilakukan dengan meremas daun kayu putih kemudian diletakkan pada bagian tubuh yang sakit. Dapat juga dilakukan dengan meminum rebusan daun kayu putih.
11. Kebal Pusuh (Hedyotis corymbosa L.)
Masyarakat Desa Bingkawan memanfaatkan daun rumput mutiara sebagai obat hipertensi dan gula. Sitawati (2010) pada penelitiannya menyatakan rumput mutiara mengandung dua senyawa aktif, yaitu asam ursolat dan asam uleanolat yang terbukti dapat mencegah pembelahan sel kanker. Rumput mutiara telah lama dipakai dalam pengobatan tradisional Cina, dikenal dengan nama shui xian chao.
12. Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
Masyarakat Desa Bingkawan memanfaatkan daun kumis kucing sebagai obat sakit pinggang. Dalimartha (2000) menyatakan daun kumis kucing yang
kering (simplisia) dipakai sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk, encok, masuk angin dan sembelit.
13. Lempuyang Wangi (Zingiber zerumbet L.)
Masyarakat Desa Bingkawan memanfaatkan daun dan rimpang lempuyang sebagai obat asam urat. Silalahi (2018) pada penelitiannya menyatakan lempuyang (Zingiber zerumbet) dapat dimanfaatkan untuk obat sakit kepala, pembengkakan, pilek, bisul, luka dan kehilangan nafsu makan, mual dan bahkan ketidaknyamanan menstruasi. Hasil bioessay terhadap rizoma lempuyang menunjukkan terdapat anti-inflamantori, antimikroba, dan antianalgesik.