Pada saat pemerintahan dipegang oleh Bani Umayah, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Mekkah, Madinah, Basrah, Syam, Khurasan,Irak, Persia, Spanyol, Afrika Selatan dan Samarkand. Sejalan dengan pesatnya perluasan wilaah kekuasaan Islam itu, dapat meningkatnya penyebaran para sahabat pada masing-masing daerah tersebut, dimana pada masa ini dikenal dengan masa penyebaran periwayatan Hadits (intisyar ar-riwayah). Hadits-Hadits yang telah diterima oleh para tabi'in ini ada yang berbentuk tulisan dan ada juga yang berbentuk hafalan, di samping itu bentuk yang sudah teratur dalam ibadah dan amaliah para sahabat yang mereka saksikan, sehingga kedua bentuk ini saling melengkapi, sehingga tidak ada satupun yang terlupakan atau tercecer.
a. Pusat-Pusat kegiatan pembinaan Hadits
Sesuai dengan tersebarnya para sahabat pada wilayah-wilayah kekuasaan Islam, maka tercatat beberapa kota yang dijadikan sebagai tujuan para tabi'in dalam mencari hadis yang menjadi pusat pembinaan dalam periwayatan, kota-kota tersebut ialah Madinah al-Munawwarah , Mekah Al-Mukarramah, Kufah, Basrah, Syam, Mesir, Magrib, Andalas, Yaman dan Khurasan. Sejumlah Hadits dari para sahabat Pembina di kota-kota tersebut, terdapat beberapa yang telah tercatat dalam meriwayatkan Hadits dengan jumlah cukup banyak, antara lain Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, A'isyah, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah, dan Sa'id al-Khudzri.
b.Perpecahan Politik dan Pemalsuan Hadits
Kejadian yang cukup mengkhawatirkan dalam sejarah Hadits merupakan terjadinya pemalsuan Hadits, yang menjadi lantaran ialah terjadinya perpecahan politik dalam pemerintahan. Hal ini dapat khawatir akan menimbulkan munculnya tindakan yang mencemar  serta menodai kemurnian dari Hadits oleh orang munafik serta orientalis yang dapat dijadikan bukti kuat untuk melemahkan kedudukan Hadits.
C. Kesimpulan
Pada periode Rasul, Ilmu Hadits Pada masa Nabi belum dinyatakan ada, akan tetapi para peneliti Hadits memperhatikan dengan adanya dasar-dasar di dalam Al-Quran serta Hadits Rasulullah SAW. Rasulullah SAW. Memerintahkan para sahabat untuk menulis ayat Al-Qur'an serta melarangnya untuk membukukan Hadits. Supaya tidak terjadinya gabungan antara ayat Al-Qur'an dengan Hadits.Pada periode sahabat, Setelah Rasulullah SAW. Wafat, para sahabat sangat teliti dalam meriwayatkan Hadits karena mereka fokus terhadap Al-Qur'an yang baru dibukukan pada awal masa Abu Bakar as-Siddiq serta pada masa Utsman yang merupakan tahap kedua. Di mana masa ini terkenal dengan masa taqlil ar-riwayah yakni pembatasan periwayatan. Pada periode Tabi'in, Hadits-Hadits yang telah diterima oleh para tabi'in ini ada yang berbentuk tulisan dan ada juga yang berbentuk hafalan, di samping itu bentuk yang sudah teratur dalam ibadah dan amaliah para sahabat yang mereka saksikan, sehingga kedua bentuk ini saling melengkapi, sehingga tidak ada satupun yang terlupakan atau tercecer.
REFERENSI:
Al-Khatib,Muhammad 'Ajaj, As-Sunnah Qabla al-Tadwin, Daar al-FikrBeirut,1980.b Ushul al-Hadits Ulumuhu wa musthalahuhu, Dar al-Fikr, Beirut Libanon, t.th.
Al-Suyuti, Tadrib al-Rawi fi syar'I , al-Taqrib al-Rawi, al-Maktabah Islamiyah, Madinah.197
 Hambal, Abu Abdillah Ahmad . Ahmad,Musnad.1998. Beirut.