1) Menghafal Hadits
Untuk menjaga kemurnian serta memperoleh kegunaan Al-Qur'an dan Hadits, yang jadikan sebagai dua sumber ajaran Islam, Rasul SAW. Melalui jalan yang berbeda. Tentang Al-Qur'an ia secara formal memerintahkan kepada para sahabat supaya ditulis serta dihafal. Sedangkan terhadap Hadits ia hanya memerintahkan untuk menghafalnya serta melarang untuk menulisnya secara resmi.Â
 2) Menulis Hadits
Selain terdapat larangan dalam penulisan Hadits juga terdapat perintah untuk dituliskannya bagi para sahabat yang mempunyai catatan pribadi, ialah:
 a. Abdullah ibn Amr Al-Ash. Ia mempunyai catatan Hadits yang berdasarkan pengakuannya sungguh-sungguh berasal dari Rasulullah SAW. Sehingga diberi julukan al-sahifah al-shadiqah
 b. abir bin Abdillah ibn Amr Al-Anshari (16 SH-78 H). Ia mempunyai catatan Hadits dari Rasul SAW tentang manasik Haji. Catatannya ini dikenal dengan Sahifah Jabir. Yang Hadits-Haditsnya kemudian diriwayatkan oleh Muslim.
 c. Abu Hurairah Al-Dausi (19 SH-59 H). Ia mempunyai catatan Hadits dari Rasulullah SAW. Yang dikenal dengan Al-Sahifah Al-Sahihah. Sebagaimana karya-karyanya ini di wariskannya kepada putranya yang bernama Hamman.
 d. Abu Syah (Umar ibn Sa'ad Al-Anmari) seorang penduduk yaman yang meminta kepada Rasulullah SAW. Untuk di catatkan Hadits yang disampaikannya pada saat berpidato ketika peristiwa futuh mekkah yang berkaitan dengan terjadinya pembunuhan yang dilaksanakan oleh sahabat dari Bani Khuza'ah terhadap seorang lelaki Bani Lais. Kemudian Rasulullah SAW. Bersabda:
 ( )
"Kalian tuliskan untuk Abu Syah"
 3) Kontradiksi tentang larangan dan perintah penulisan hadits