"Maksudmu ... ?" Ann mencondongkan sedikit tubuhnya untuk berbicara, khawatir deru angin menenggelamkan suaranya.
"Apa aku berlari terlalu kencang ?"
"Oh ... nggak, sama sekali nggak kok. Aku malah merasa sangat nyaman," sahut Ann. Di dalam hatinya sangat kagum akan kesopanan yang ditunjukkan Armenia.Â
"Syukurlah," sahut Armenia, "Apa kau suka pemandangan yang kau lihat ?"
"Suka ! Suka banget !" jawab Ann bersemangat, "Ini benar-benar indah ! Eh iya, apa Xia juga tinggal di sekitar sini ?"
"Tidak," Armenia menggeleng, "Bangsa Peri tinggal di bagian hutan yang lebih dalam lagi."
"Oh, begitu," Ann mengangguk.
"Maafkan Xia. Kuharap kau tak tersinggung dengan sikap ketusnya tadi."
"Iya. Nggak apa-apa kok. Â Eh, berarti kamu tadi mendengar semua pembicaraan kami ya ?"
"Aku sedang berada tak jauh saat kalian tiba. Karena kulihat Xia meninggalkanmu, maka kupikir kau pasti memerlukan bantuan. Tapi aku yakin saat ini Xia pasti merasa khawatir. Karena sebenarnya dia suka padamu."
"Suka padaku ?"