Lalu mereka mencoba untuk mengangkat Merope bersama-sama.
Tetapi sayap mereka menolak untuk terbang karena Merope terdeteksi sebagai benda asing.
“Hah ! Sayap tak berguna !” maki Electra, “Dan ini gara-gara Kak Maia juga ! Kenapa sih, kita harus pergi memakai kendaraan kuno itu ? Seandainya kita memakai pesawat lain yang dilengkapi dengan perisai-dimensi, kita pasti bisa mendarat dengan mudah di tempat ini ! Pesawatku pasti bisa melakukannya !”
“Bagaimana kalau kita paksakan saja pesawat kita untuk mendarat di bawah sini ?” usul Celaeno.
“Dan merusak benda-benda di tempat ini ? Kita bisa meninggalkan banyak jejak, Celaeno,” sahut Maia sambil mengerutkan kening, berpikir keras.
“Bagaimana kalau sebagian dari kita kembali ke pesawat dan mencari tempat yang lapang di luar hutan ini untuk mendarat ? Kemudian Merope dan lainnya menyusul melalui jalan darat ?"
“Sepemantauanku dari atas tadi, semua tempat lapang diluar area hutan ini adalah persawahan yang penduduknya banyak. Kita akan terlihat.”
"Lalu bagaimana ?"
“Inilah akibatnya kalau terobsesi pada barang-barang primitif !”
“Ssshh ! Ada pengiriman berita massal dari Pusat Kendali Gugusan !” Taygeta memberi isyarat dengan tangannya supaya semua diam.
Taygeta memejamkan mata. Berkonsentrasi menguatkan pikiran.