Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Desainer - Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Brilliant Diamond and Shining Pearl (Bagian 5)

13 Mei 2022   22:25 Diperbarui: 13 Mei 2022   22:34 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keesokan paginya...

"Telepon dari Mirna!" pekik Jihan dalam hati ketika tahu Mirna meneleponnya. Biasanya Mirna menelepon seseorang jika ada yang tidak sesuai dengan hatinya. Dengan gemetar, Jihan mengangkat telepon dari Mirna, yang sedang sarapan dengan sang suami, Hadi, di Galar. Mereka pun terlibat pertengkaran.

(musik: Alvan and Ahez - "Fulenn")

"Halo, Mir?" Jihan memulai pembicaraan dengan sopan.
"Jihan, pas lo ngirim foto itu ke gue, lo mikirin perasaan keluarga lain, nggak?" Mirna terdengar marah. Jihan pun menjadi ikut marah.
"Lah lo mikirin perasaan gue nggak pas lo bohongin gue?" balas Jihan tidak kalah emosi.
"Ya udah, gue minta maaf," kata Mirna.
"Gue gakpapa di sini. Gue udah ketemu mama dan Arin unnie, dan nggak ada hambatan apa pun. Gue bisa, kan, survive di Turin! Dan selama ini nggak pernah ada yang ngasih opsi ini ke gue," kata Jihan berapi-api.
"Kita tuh ngelakuin semua itu untuk lo semuanya! Untuk kebahagian lo supaya lo nggak malu nantinya!" balas Mirna tidak kalah ketus.
"Gue nggak malu! Hidup gue ini bukan aib! Lagian gue nggak pernah minta buat jadi beban keluarga, kan?!" sembur Jihan kepada Mirna. "Ya udah, kalo gue emang malu-maluin keluarga, nggak usah anggap gue keluarga kalian lagi!"
"Tapi--" belum sempat Mirna membalas obrolan, Jihan sudah menutup telepon.

Hadi yang sedang makan sereal, tiba-tiba menjadi marah dengan sikap Mirna.

"Buset, ngapain lagi sih lo?!" kata Hadi.
"Di, kita tuh udah malu-maluin Jihan," kata Mirna. "Dia marah ke kita."
"YOU PROMISED HER! Jihan nggak pernah malu-maluin kita. Ingat pas Jihan mau berangkat ke Italia? Kita janji nggak malu-maluin dia selama di Italia. Dia mengutamakan keluarga, dia bahkan pengen ortunya nikah lagi dan pengen keluarganya kumpul empatan lagi! Dan sekarang lo ingkar janji..." kata Hadi.

Tiba-tiba butiran-butiran bening keluar dari mata Mirna, lama-kelamaan semakin besar dan deras.

"Enak banget ya, air mata dijadiin senjata," sindir Hadi.
"Gue nangis karena merasa bersalah. Kita yang janji nggak malu-maluin Jihan, kita pula yang malu-maluin dia dengan bilang dia malu-maluin keluarga. Dia sesayang itu sama keluarganya..." kata Mirna.
"Gue ini suami lo, Mir. Gue yang harusnya lo dengerin!" bentak Hadi.
"Gue nggak pernah maksa lo jadi suami gue, kan?!" balas Mirna tak kalah ketus.
"GUE JUGA NGGAK PERNAH MAKSA LO JADI ISTRI GUE!" sergah Hadi marah.

Hening sesaat. Mirna cemberut. Hadi merengut.

"OK, aku yang salah, Di," kata Mirna. "Aku bukan istri yang baik. Aku minta maaf."
"Aku juga minta maaf, Mir," kata Hadi. "Pokoknya kalo Jihan pulang ke Galar nanti, kita harus minta maaf ke dia. Dia pulang setelah JRB selesai konser. Konsernya tanggal 23."

Sementara itu, di sarang Subwoolfer...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun