Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Jurnalisme dan Teknologi

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ubol Alung, Permata di Keruh Sungai Sembakung

16 Maret 2017   14:16 Diperbarui: 19 Maret 2017   10:00 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan menuju Ubol Alung, Lumbis Ogong, Nunukan, Kalimantan Utara. (Foto: Yudha PS)

Ubol Alung dan desa-desa lainnya di pesisir Sungai Sembakung sebenarnya memiliki banyak potensi. Desa Ubol Alung sendiri memiliki banyak pohon durian di ladang mereka. Bila musim panen tiba, jumlah durian bisa mencapai puluhan ton. Karena kesulitan transportasi, durian ini hanya menumpuk hingga busuk di Ubol Alung atau pun di Mansalong.

Namun, kini Ubol Alung mulai mendapatkan inspirasi baru guna memanfaatkan durian tersebut. Mereka berencana untuk menggelar Festival Durian Ubol Alung. Pada festival ini, masyarakat dan pecinta durian dari seluruh Indonesia diundang melalui internet untuk menikmati durian sepuasnya di Desa Ubol Alung.

Tentu saja, untuk menggelar festival tersebut, Desa Ubol Alung harus mulai berbenah. Mereka berencana untuk membangun penginapan dan membenahi rumah warga sebagai sarana menginap wisatawan. Selain itu, mereka juga harus mempersiapkan sarana transportasi yang mampu menampung wisatawan dalam jumlah yang cukup banyak.

Dengan cara ini, tentunya cerita durian yang membusuk di desa akan segera berakhir. Alih-alih mengirimkan durian ke kota, masyarakat Ubol Alung justru mengundang para pecinta durian untuk memanen dan makan durian sepuasnya. Tentunya, biaya penginapan dan transportasi ini akan menjadi beban para wisatawan. Hal ini tentunya berpotensi meningkatkan pendapatan dan memperbaiki kualitas masyarakat.

Keberadaan seni tradisi di Ubol Alung juga bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Kesenian yang terus hidup di masyarakat bisa jadi menelurkan generasi selanjutnya yang dekat dan menguasai seni tradisi. Hal ini secara tidak langsung berpotensi menjaga kebudayaan yang terdapat di Ubol Alung.

Potensi lainnya adalah keberadaan satwa liar dilindungi di Ubol Alung. Hutan-hutan di sepanjang Sungai Sembakung sendiri masih cukup terjaga. Hal ini membuat satwa liar yang dilindungi betah hidup dan mencari makan di hutan rimba Sungai Sembakung, termasuk di Ubol Alung.

Di sisi lain, banyak wisatawan yang terobsesi untuk melihat satwa-satwa liar yang dilindungi. Untuk menampung wisatawan genre ini, Desa Ubol Alung hanya perlu menyediakan transportasi, penginapan, makan tiga kali sehari, pemadu wisata, dan pos pengamatan satwa liar.

Bila wisata ini berkembang, tentunya masyarakat Ubol Alung akan berusaha untuk menjaga kawasan hutan tersebut agar tetap rimbun. Mereka juga akan menjaga satwa liar tersebut agar jumlahnya tetap di alam. Alasannya sederhana: karena hutan dan satwa berdampak langsung kepada mereka. Secara tidak langsung, hal ini bisa menjadi upaya konservasi satwa liar di kawasan Sembakung.

***

Perahu kecil yang kami tumpangi seringkali berguncang hebat ketika melewati arus Sungai Sembakung. Beberapa kali kawan Jusip mencoba untuk memposisikan perahu ke bagian sungai yang arusnya lebih pelan dibandingkan bagian lain. Harapannya, kami bisa sampai ke tujuan lebih cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun