Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Jurnalisme dan Teknologi

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ubol Alung, Permata di Keruh Sungai Sembakung

16 Maret 2017   14:16 Diperbarui: 19 Maret 2017   10:00 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan menuju Ubol Alung, Lumbis Ogong, Nunukan, Kalimantan Utara. (Foto: Yudha PS)

Seiring berjalannya pemerintahan Jokowi, desa-desa pedalaman dan terdepan mulai dibangun. Dana desa digelontorkan agar desa mampu membangun dirinya. Kementerian-kementerian pun mulai getol membangun berbagai program di kawasan pedesaan.

Salah satunya adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Republik Indonesia. Pada tahun 2015 silam, mereka meluncurkan program Desa Broadband Terpadu (DBT). Programnya sangat sederhana sekali: memberikan hibah komputer dan dukungan akses internet pita lebar ke 50 desa di perbatasan di 20 kabupaten dan 7 provinsi.

Desa Ubol Alung sendiri merupakan salah satu penerima manfaat program tersebut. Di luar dugaan, program tersebut banyak membantu masyarakat untuk berkomunikasi dengan sanak saudara yang tengah merantau di luar daerah. Di sisi pemerintah desa, program tersebut mampu meningkatkan pelayanan mereka ke masyarakat.

Program lainnya yang menjambangi Desa Ubol Alung adalah pendirian BTS Telkomsel. Ketika saya tiba di Ubol Alung, para teknisi tengah memasang perangkat pemancar sinyal. “Mungkin dalam waktu satu atau dua hari ini, tower ini akan segera berfungsi,” ungkap Diki, salah seorang teknisi.

Ke depan, pemerintah juga akan mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Desa Ubol Alung. Jusip bercerita, beberapa waktu lalu sudah ada tim peninjau ke sebuah air terjun setinggi belasan meter di Desa Ubol Alung. Menurut Jusip, salah satu tim peninjau menilai air terjun tersebut akan mampu mengalirkan listrik untuk sekitar 200 rumah di Ubol Alung.

***

Lantunan suara burung pagi itu dan hamparan hutan di perbukitan membius saya dalam lamunan yang melenakan. Tiba-tiba saja, Jusip memanggil saya dari kejauhan dan membuyarkan lamunan pagi saya. “Mandi di air terjun, yuk,” ajaknya. Saya langsung bergegas mengambil handuk dan kembali siap di beranda depan. “Sebentar, saya ganti pakaian dulu,” tuturnya kemudian.

Tidak lama berselang, Jusip datang kembali. Kali ini, dia hanya memakai sehelai handuk di pinggangnya tanpa baju dan alas kaki. Melihatnya, saya langsung membelitkan handuk ke pinggang, membuka celana serta baju dan langsung beranjak tanpa alas kaki. Lagi pula, air terjun yang dimaksud Jusip tidak terlalu jauh dari desa, hanya sekitar 500 meter. Hal ini membuat saya semakin yakin dengan pilihan untuk memakai hanya sehelai handuk tanpa alas kaki dan baju.

Setibanya di lokasi mandi, Jusip langsung membuka handuknya dan menaruhnya di atas batu, yang diikuti oleh saya. “Sebelum mandi, terlebih dahulu basuh kepala dengan air sebanyak tiga kali menggunakan tangan,” papar Jusip. “Ini tanda kita meminta izin kepada penunggu sungai ini,” ungkapnya lagi.

Selepas mengikuti ritual Jusip, saya langsung masuk ke dalam air. Kami bertiga langsung menggosok badan tanpa sabun atau pun sampo. Untuk membersihkan kotoran di tubuh, kami hanya perlu mengambil sebuah batu kemudian menggosok-gosokkannya di sekujur tubuh. Cara ini tentunya membuat kualitas air sungai terjaga tanpa dikotori sabun dan sampo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun