"Terus kamu mau ke mana Yo? Tolong kasih tau saya..."
"Bagaimana saya mau kasih tau? Saya kan belum tau mau ke mana..."
"Yo..."
"Iya sayang?"
"Kalau saya sudah mapan, sudah punya kerjaan, sudah punya uang sendiri, saya akan cari kamu..."
"Iya, saya percaya."
"Saya akan mengatakan sendiri pada anak itu, bahwa saya ayahnya."
"Iya sayangku."
Saya nggak mau kamu menganggap saya nggak bertanggung jawab dan nggak peduli sama anak kita."
Tangan kami saling menggenggam erat. Dan Ernest menangis lagi. Saya tau dia merasa sangat bersalah karena tidak mampu menghadapi masalah ini bersama saya. Ah..kasihan sekali dia. Saya pun bangkit dan memeluk dia sepuasnya.
"Jangan nangis sayangku. Kamu harus kuat. Saya melakukan ini karena nggak mau jadi peghalang cita-cita kamu. Okay?"