Ernest terdiam. Saya menghirup kopi sebelum terlanjur dingin.
"Kamu mau pulang ke Indonesia?" tanya dia lagi.
"Saya belum tau..."
"Kalau kamu pulang ke Indonesia, nanti orangtua kamu juga akan tau dong kalau itu anak saya?"
Saya tersenyum mendengar kekuatirannya. Saya genggam tangannya yang ada di atas meja untuk membesarkan hatinya. "Jangan kuatir. Saya akan pergi ke suatu tempat. Tapi yang pasti bukan ke Indonesia."
"Jadi kamu mau ke mana Yo?" Suara Ernest teramat lirih semakin mengikis hati saya.
"Nanti kalau saya sudah tau mau ke mana, saya akan kasih tau kamu."
"Yo.."
"Ya sayang..."
"Saya bukannya nggak mau mengakui anak ini adalah anak saya...."
"Iya saya ngerti. Kamu belajar aja yang rajin. Kamu harus menyelesaikan kuliah kamu." kata saya sambil memeluk dan mencium pipi anak manis itu