"Kita bisa belajar dengan tenang seperti biasanya, Yo. Lain kali kita harus hati-hati kalo ML lagi."
Keheningan kembali menyela. Ernest terlihat lebih tenang, rupanya solusi tersebut merupakan jalan terbaik untuknya.
Setelah menghela napas panjang, saya berkata,"Ernest..."
"Ya Yoyoku?" sahut Ernest sambil menggenggam tangan saya.
"Saya nggak mau aborsi. Saya mau memelihara anak ini."
"Hah???!!! Maksud kamu bagaimana Yo?" Persis seperti sebelumnya Ernest panik bukan main.
"Iya saya mau melahirkan anak ini."
"Tapi saya nggak siap jadi suami Yo!! Saya nggak siap jadi Ayah!!!"
"Saya tau. Saya nggak menuntut kamu untuk menikahi saya. Kamu nggak usah kuatir."
"Saya harus bagaimana, Yo? Apa kata Papa dan Mama saya kalau kamu nggak mau aborsi?"
"Kamu tenang dulu. Biarkan saya berbicara."