“Nyai...sudah...!tidak usah menangis lagi,akang sudah memaafkan...kamutidak usah menangis lagi...mungkin ini sudah menjadi kehendak yangMahaKuasa...mungkin Nyai memang bukan jodoh akang...akang ridho kamumenikah dengan kang Panji...saat ini juga akang akan menceraikankamu...agarkamudapat segera menikah dengan Kang Panji...Pesan akang kepadakamu...semogakamutidak berputus asa dari rahmat Allah...bertaubatlah nyai...seberapa besar pun dosa kita...selama kita meminta ampun kepadaNya...Allah pasti akan mengampuni...mulai sekarang kamu harus bisa memperbaiki diri....mendekat kepadaNya...jangan berbuat maksiyat lagi...hidup di dunia ini sangatlahsingkat, nyai...ingatlah bahwa suatu kepastian yang tidak ada seorang punbisamembantahnya... kita semua PASTI akan meninggalkan dunia ini...kita akan menghadapi kematian, sebagai seorang beriman, kita meyakini bahwa apa yang kita lakukan selama di dunia iniPASTI akan dimintai pertanggungjawabanoleh Tuhan Yang Menciptakan kita”.
Mendengar kata-kata dari Jaka Someh, Asih bertambah keras menangisnya. Dia merasa menyesal, sekaligus merasamalukepadaJaka Someh. Padahal Jaka Someh sudah begitu baik kepadanya, namun diatelahtega mengkhianati dan menyakiti hatinya.
Pak Rohadi juga merasatak kuasa untuk meneteskan air mata. Dia pasrah dan berusaha untuk menerima keputusan Jaka Someh terhadap putrinya. Meskipun berat untuk melepaskan Jaka Someh sebagai menantunya, namun dia sadar betul bahwa sudah tidak mungkin lagi meneruskan pernikahan antara putrinya dengan Jaka Someh. Warga yang menyaksikan kejadian itu pun ikut terharu dan merasa iba terhadap Jaka Someh yang sudah diselingkuhi istrinya beberapa kali. Jaka Someh berkata pada para warga
“Bapak-bapak, ibu-ibu, akang-akang, saya minta maaf atas kejadian ini...atas nama keluarga,saya mohon untuk memaafkan kami..., saat ini juga saya menyampaikan bahwa saya dan Asih... mulai saat ini... resmi telah bercerai...”
Para warga yang bersimpati dengan Jaka Someh menyalami jaka Someh sebagai bentuk bela sungkawa. Beberapa warga berusaha menghibur Jaka Someh
“Sabar...yaJaka Someh...”
Sebagian besar warga pun akhirnya membubarkan diri, hanya tersisa beberapa warga saja, termasuk Ustaz Fikri. Ustaz Fikri pun menasehati Jaka someh
“Someh…sabar…mungkin ini adalah yang terbaik buat kamu…kamu tidak boleh berburuk sangka terhadap Allah, meskipun sakit tapi saya yakin, dengan musibah yang kamu alami ini, semua ada hikmahnya...yang penting kamu sabar dan berbaik sangka kepada Allah...…kehilangan sesuatu bukan berarti pertanda keburukan mungkin saja ini cara Allah menghilangkan keburukan dari diri kita…kamu itu adalah orang baik…Insya Allah akan mendapatkan ganti yang jauh lebih baik dan lebih berkah…kalau kamu tidak mendapatkannya di dunia ini, tunggu nanti di akherat kamu akan mendapatkan istri bidadari yang cantik...Aamiinn…bersabarlah Someh…”.
Jaka Someh merasa terhibur dengan nasehat dari Ustaz Fikri
“Iya Pak Ustaz…doakan saja supaya Saya selalu ditetapkan dalam keimanan dan ketakwaan…Semoga Allah memberikan kesabaran dan keihlasan…agar Saya bisa ridho dengan semua kejadian ini….”
Jaka someh berusaha tersenyum, meskipun hatinya menangis. Ustaz Fikri pun mengamini harapan Jaka someh sambil memegang pundaknya.